Conan

Kamis, 13 Desember 2012

Oppa adalah Milikku





Karya Noviria Melati Kent dengan judul Oppa adalah Milikku (based on SeoulMate)

Dia melayang begitu cepat melewati setiap tingkungan yang ada di hanok menuju sebuah ruangan. Tanpa mengetok pintu atau mengucapkan salam, dia segera masuk. Seorang wanita yang sedang membaca koran segera menengadahkan kepalanya kearah datangnya hantu itu.
            “Dong-oppa menghilang. Aku sudah mencarinya disekeliling hanok, namun, dia tidak ada. Pasti dia pergi lagi dengan hantu Indonesia itu. Kita harus bagaimana?” ucap hantu itu langsung. Dia adalah Arang.
            “Bagaimana apanya? Biarkan saja mereka,” jawab wanita itu, Sun.
            “Tidak bisa! Huh… ini semua karena Siwon. Bagaimana bisa dia menerima hantu baru? Padahal Jang baru pergi 3 minggu yang lalu. Kita semua belum selesai berduka…”
            Yaa! Siapa yang kamu maksud berduka? Jang tidak pergi menuju cahaya, dia hanya kembali ketubuh asalnya,” teriak Sun memotong perkataan Arang. Mendengar teriakkan Sun, cukup membuat Arang terdiam. Dengan segera, Arang melayang agak jauh dari sisi Sun. Tiba-tiba Sun berdiri dari kursinya, meraih sebuah kertas di atas mejanya dan berjalan menuju pintu.
            “Ayo, kita pergi. Kita harus menjalankan proposal dari klien,” ujar Sun ke arah Arang dan keluar dari kamar.
            “Lagi? Kamu yakin? Ini sudah proposal ke sepuluh yang kita jalankan untuk seminggu terakhir,” teriak Arang. Tidak ada tanggapan. Akhirnya, Arang mengikuti Sun. Sebelum keluar dari kamar Sun, Arang sempat melirik koran yang dibaca Sun tadi. “Shin Ji Woo dinyatakan Sehat Oleh Dokter.”
            Sun dan Arang adalah salah satu anggota dari organisasi “Seoulmate”. Sebuah organisasi penyalur  hantu yang diketuai oleh Siwon. Di dalam “Seoulmate” terdapat istilah soul dan mate. Soul untuk para hantu dan mate untuk orang yang menjaga mereka. Jang adalah soul yang dimiliki Sun dulu, namun sekarang dia telah kembali ketubuh aslinya, Shin Ji Woo. Sedangkan, Dong-oppa adalah salah satu pendiri seoulmate namun kini sudah menjadi hantu karena sebuah kecelakaan. Namun, tidak lama setelah kepergian Jang, Siwon kembali dengan seorang hantu dari Indonesia, Anggun. Hantu itu cantik seperti Suzy-Miss A. Hantu itu juga dekat dengan Dong-oppa karena sama-sama warga Indonesia. Hal itulah yang membuat Arang merasa tersaingi dengan kehadiran hantu itu.
***
            “Won-ah, kenapa kami tidak dapat proposal lagi? Sedangkan Jun dan Miju –para mate lainnya- mendapat banyak proposal,” protes Sun kepada Siwon. Sudah dua hari ini, Sun tidak mendapatkan proposal dan jadwal guide di Traveliyagi.
            “Kamu sudah terlalu lelah. Sudah beberapa minggu terakhir ini, kamu mengambil terlalu banyak proposal.”
            “Aku tidak lelah. Yang kami kerjakan hanya proposal kecil dengan label D. Jadi, beri kami proposal lagi.”
            “Tidak. Kamu mungkin tidak lelah. Tapi, bagaimana dengan Arang? Soul juga perlu istirahat, tidak hanya mate,” ucap Siwon sambil menatap Arang yang melayang dibelakang Sun. Arang hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sun segera membalikkan kepalanya dan dengan segera Arang memasang muka memelas. Tidak ada pilihan bagi Sun. Dia juga merasa kasihan pada Arang yang harus terus mengikutinya.
            “Ya, baiklah. Untuk kali ini, aku akan mengalah. Tetapi besok, aku menginginkan sudah ada proposal untukku. Tidak ada alasan lagi,” ucap Sun sambil keluar dari ruangan Siwon. Dengan segera, Arang mengikuti Sun, sebelum keluar Arang mengedipkan sebelah matanya pada Siwon dengan manja dan dibalas Siwon dengan senyuman.
            Setelah kepergian Sun, Siwon menghelas nafas. Siwon tau, bahwa Sun mengambil begitu banyak proposal karena ingin melupakan kesedihannya ditinggal Jang. Walaupun Jang telah berjanji sebelumnya pada Sun bahwa dia akan kembali kepadanya dengan tubuh Shin Ji Woo, namun itu tidak bisa membuat hati Sun merasa tenang. Sedangkan, Arang sendiri, Siwon yakin dia tidak merasa lelah. Selain karena dia adalah hantu tua yang tentu mempunyai energi yang lebih besar tetapi juga karena proposal yang dikerjakan adalah proposal D yang tidak memakai banyak tenaga. Namun, tetap saja, Arang membutuhkan waktu untuk istirahat, belum lagi jika dia dimarahi Sun. Biasanya, jika Arang dimarahi Sun, maka Arang dapat berlindung dibelakang Dong. Tetapi sekarang pun, Dong sedang sibuk membantu Anggun-hantu Indonesia- untuk menemukan ayahnya agar dia dapat menuju cahaya. Karena itulah, Siwon harus bertindak untuk membantu Sun dan Arang.
            “Ayolah, Sun. Aku ingin pergi ke Insadong. Lagipula, hari ini adalah hari liburku,”  rengek Arang pada Sun setelah mereka tiba dikamar Sun.
            “Tidak! Hari ini juga adalah hari liburku dan aku ingin beristirahat. Kamu kan bisa pergi sendiri kesana, hanya dengan menghilang ‘ting’ dan kamu langsung tiba di Insadong. Tidak perlu mengajakku.”
            “Aku mohon. Aku butuh guide yang akan memanduku. Walaupun selama bertahun-tahun aku tinggal dikedai teh didaerah Insadong, namun aku belum pernah berjalan-jalan disekitar sana. Aku janji tidak akan membuat masalah,” ucap Arang sambil menyatukan kedua tangannya didepan dada dan memasang muka memelas.  
            Yaa! Sudah kukatakan aku tidak mau. Kenapa kamu tidak mengajak Siwon saja. Aku sekarang lelah dan mau istirahat.”
            “Ayolah, Sun. Tidak mungkin aku mengajak Siwon. Dia itu lelaki dan aku wanita, jadi dia tidak akan mengerti apa kemauanku nanti. Lagipula, aku tau kamu tidak lelah, bukankah tadi kamu baru meminta pekerjaan pada Siwon. Yah, walaupun dia menolak untuk memberimu pekerjaan. Tetapi, kamu dapat menjadi guide bagiku, anggap saja itu sebagai suatu pekerjaan. Oke? Kamu mau, kan?”
            Yaa! Yaa! Yaa! Cukup. Baiklah, aku akan menemanimu, tetapi kamu tidak boleh meminta bantuan Siwon lagi. Aku tau, kamu pasti yang menyuruh Siwon untuk tidak memberiku pekerjaan agar kamu bisa istirahat. Baiklah, kita pergi sekarang!” ujar Sun sambil meraih tas selempangnya dan keluar. Arang tersenyum senang, walaupun Sun berbicara ketus, namun sebenarnya Sun tulus menemaninya.
***
            Jwiseonghaeyo,” ucap Arang sambil menembus tubuh orang-orang yang ada didepannya. Sun hanya memandang aneh pada Arang. Untuk apa Arang mengucapkan kata permisi pada orang-orang jika dia dapat menembus tubuh mereka? Seharusnya yang mengucapkan kata itu adalah dirinya, Sun. Namun, Sun tidak peduli. “Arang! Sekarang kita mau kemana?” ucap Sun agak keras kepada Arang. Pasalnya, sekarang mereka sedang berada di lautan manusia Insadong. Mendengar pertanyaan Sun, beberapa orang berhenti dan menatapnya sebentar. Mungkin, mereka merasa heran karena Sun berbicara ke arah mereka. “Ke Mokin Museum,” jawab Arang. Perjalanan ke Mokin Museum terasa sangat menyenangkan. Setidaknya itulah pendapat Arang. Sudah lama, Arang ingin pergi kesana, namun baru sekarang niatnya terlaksana.
            “Sun! Apa itu?” tanya Arang sambil menunjuk kesebuah lemari kaca transparan tanpa tutup yang menjulang didepannya.
            “Itu adalah mokin atau pria kayu. Di masa dinasti Joseon, sekitar abad ke-13 sampai ke-18, berfungsi sebagai…… ” hanya sampai disanalah perhatian Arang terhadap penjelasan Sun. Sekarang, perhatian Arang tertuju pada seorang hantu pria yang sedang berjalan bersama hantu wanita. Dong-oppa dan Anggun. Arang segera melayang mendekat pada mereka. Dia ingin mendengarkan pembicaraan mereka. Namun, percuma. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak dimengertinya. Bahasa Indonesia. Hatinya berdenyut sakit melihat kedekatan mereka. Dan hal itu, membuat Arang terkejut. Pasalnya, perasaan yang dirasakannya sekarang, sudah lama tidak dirasakannya. Mungkin sudah berabad-abad lalu, saat kekasihnya mengkhianati cintanya. Kini, Arang tidak bersemangat lagi untuk berjalan-jalan di daerah Insadong. Semangatnya telah menguap seiring dengan perasaannya yang kecewa melihat Dong-oppa bersama hantu wanita itu.
***
            Terdengar suara hentakan kaki di lantai hanok. Arang tahu itu adalah Sun. Arang juga tahu, sebentar lagi Sun akan memarahinya karena telah meninggalkannya sendiri di Mokin Museum. Akan tetapi, Arang tidak merasa takut ataupun menyesal. Saat ini, dikepalanya hanya ada peristiwa di Mokin Museum tadi.
            “Hey, ARANG!” teriak Sun ketika sudah sampai didepan kamarnya. Dibukanya pintu itu dengan kasar dan Sun dapat melihat Arang yang sedang duduk diatas tempat tidurnya. “Kenapa kamu meninggalkan sendiri disana? Aku mencarimu kemana-mana seperti orang gila. Dan sekarang, kamu lagi duduk dikamar dengan santai. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Aku sudah menuruti kemauanmu. Yaa! Jawab pertanyaanku. Kamu sudah membuatku susah…”
            “Diam. Aku bilang berhenti. Aku lelah mendengar suaramu setiap hari yang memarahiku. Apa kamu tidak bisa diam?” teriak Arang pada Sun. Setelah meneriaki Sun, Arang segera menghilang dari sana. Sedangkan Sun masih syok setelah diteriaki Arang. Setelah kesadarannya pulih, Sun segera memanggil Arang. Dia tahu, bahwa sepertinya Arang sedang memiliki masalah yang berat karena tidak biasanya Arang melawan Sun. Namun, yang keluar dari mulut Sun adalah : “Arang! Kembali! Aku belum selesai bicara.” Setelah mengucapkan hal itu, Sun merasa menyesal, karena yang diucapkannya seperti ingin memarahi Arang padahal bukan itu maksudnya. Sepanjang malam, Sun menunggu kedatangan Arang, namun Arang tidak juga kembali hingga akhirnya Sun tertidur.
            Arang melayang kesana-kemari di daerah Insadong. Dia mencari keberadaan Dong-oppa. Hampir dua jam pencariannya, hingga dia menemukan Dong-oppa masih dengan Anggun. Arang segera menghampiri mereka tidak peduli ketika itu mereka sedang berbicara pada seorang hantu tua. Yang Arang tahu, dia harus segera membawa Dong-oppa nya pergi atau dia harus merelakan Dong-oppa bersama hantu Indonesia itu. Segala macam alasan telah ia keluarkan agar Dong-oppa mau pergi bersamanya termasuk dengan menggunakan nama Sun. Namun, Dong-oppa tidak bergeming. Dan yang membuat hati Arang bertambah sakit adalah kata-kata Dong-oppa selanjutnya : “Arang-ah dapatkah kamu pergi sekarang. Kami masih harus pergi ketempat lain. Jika kamu butuh bantuan, kamu dapat meminta tolong pada yang lain. Mianhae, aku tidak dapat membantumu kali ini.” Kalimat yang terdengar seperti sebuah pengusiran bagi Arang. Dia segera melayang pergi meninggalkan mereka.
Keesokkan harinya…
            Sun terbangun karena merasa udara disekelilingnya terserap oleh suatu hal. Hantu. Mereka selalu datang dengan menghisap udara disekelilingnya. Sun segera membuka matanya, dilihatnya Arang telah duduk diatas meja belajarnya. Mukanya tidak bercahaya seperti biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Arang? pikir Sun.
            “Kemana saja kamu semalam?” tanya Sun. Tidak ada jawaban. Arang hanya melayang kearah Sun dan meletakkan sebuah kertas di atas tempat tidurnya. Proposal. Ketika Arang mendekat, Sun baru melihat tatapan mata Arang yang kosong. Sun ingin bertanya, akan tetapi Arang telah menghilang.
***
            Sun menatap kecewa kepada Arang. Dia kira dengan mengajak Arang mengerjakan proposal, Arang akan merasa lebih baik. Namun, perkiraannya salah. Arang tidak kosentrasi dan terus melakukan kesalahan. Padahal, mereka telah sering menjalankan proposal ini dan tidak pernah ada kesalahan. Selain itu, Sun juga harus menahan rasa malunya pada sutradara Kim-Wo –klien- karena telah membuat syutingnya kacau. Oleh karena itulah, dengan segenap keberanian dan menahan rasa malu, Sun menghampiri sutradara Kim-Wo, memintanya untuk membiarkan mereka pulang lebih cepat. Awalnya, sutradara Kim-Wo marah. Namun, Sun terus memberikan alasan bahwa hantunya sedang sakit sehingga terus membuat kesalahan. Dengan menahan rasa marahnya, dia membiarkan Sun dan hantunya untuk pulang. Dengan segera, Sun menghampiri Arang. “Pekerjaan kita sudah selesai…” belum selesai Sun bicara, Arang telah menghilang. Sun hanya dapat menahan rasa kesal, kecewa, penasaran, dan prihatinnya pada Arang.
***
            Sun menatap heran pada Arang. Sudah seharian ini, dia tidak mendengar suara Arang. Padahal, biasanya dia selalu cerewet bercerita apa saja tentang Jang Geun Suk, Jang, Siwon, para seoulmate lainnya dan tentang Dong-oppa. Mengingat nama Dong-oppa membuat Sun sadar akan sesuatu. Apakah ini semua karena Dong-oppa? Pikir Sun.
            “Ya. Sekarang aku harus bagaimana?” tanya Arag balik. Apakah tadi aku baru saja menyuarakan isi pikiranku? pikir Sun. Dan sepertinya jawabannya adalah ‘iya.’
            “Apa yang terjadi pada Dong-oppa?”
            “Dia bersama hantu Indonesia itu. Mereka berbicara bahasa yang tidak aku mengerti. Mereka jalan-jalan ke Mokin Museum. Dan ketika aku pergi mengajak Dong-oppa pergi, dia tidak mau mengikutiku. Hantu Indonesia itu telah merebut oppa-ku. Dan sekarang aku harus bagimana, agar Dong-oppa mau kembali padaku?”
            “Kamu cemburu? Dong-oppa bukan milikmu,jadi untuk apa kamu mengkhawatirkannya? Biarkan saja mereka. Huh… aku kira ada masalah apa? Ternyata hanya masalah sepele,” ujar Sun. Dalam hati, Sun memarahi dirinya sendiri. Seharusnya dia membantu Arang, bukan berkata seperti itu.
            “Ya… ini memang konyol. Tidak seharusnya aku begini. Tetapi, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa seperti ini. Aku merasa Dong-oppa adalah milikku. Dan aku merasa kehilangan ketika dia pergi bersama hantu lain. Oh, ia, bukankah kamu dekat dengan Dong-oppa? Kalau begitu, kamu harus membantuku.”
            “Tidak. Aku tidak mau. Itu masalahmu. Jadi kamu harus menyelesaikannya sendiri. Sekarang aku mau pergi dulu. Ada pekerjaan di Traveliyagi.” Melihat kepergian Sun, Arang mendengus kesal. “Dia tidak pernah memikirkanku. Padahal aku sudah banyak membantunya ketika dia bermasalah dengan Jang.”
            Sun berjalan-jalan disekitar daerah Insadong. Sebenarnya, tadi dia telah berbohong pada Arang. Tidak ada pekerjaan. Dia hanya tidak ingin Arang mengikutinya karena dia ingin bertemu dengan Don-oppa dan meminta penjelasan agar dia dapat membantu Arang. Bagaimanapun, Arang lah yang menghiburnya saat dia merasa sedih kehilangan Jang. Pada saat dia sedang berkeliling, dia melihat Dong dan Anggun. Sun mengikuti mereka, mereka melayang dari satu rumah ke rumah lainnya. Hingga akhirnya mereka memasuki rumah ke-10 dan tidak keluar-keluar. Sun menunggu selama 1 jam diluar. Dalam hati, Sun sebenarnya merasa khawatir karena bisa saja Dong-oppa dan Anggun menggunakan kekuatan hantunya dan menghilang pergi ketempat lain. Namun, itu tidak berlangsung lama karena beberapa menit kemudia mereka keluar. Sun merasa lega namun juga heran, mereka berpelukkan dan Anggun menangis. Namun, dia berusaha menahan rasa penasaran dan kecewanya melihat Dong-oppa. Tak berapa lama kemudian, mereka menghilang. Sun kembali menunggu namun mereka tidak kembali juga. Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang ke hanok. Sebuah kejutan menunggunya, Dong-oppa menunggunya didepan hanok.
            “Arang masih marah padaku? Terakhir kali, aku bertemu dengannya, matanya terlihat sedih?”
            “Ya. Dia sangat marah padamu. Bagaimana bisa oppa lebih memilih hantu baru itu daripada Arang? Dan tadi aku melihat oppa berjalan bersama hantu itu di Insadong. Sebenarnya ada apa? Dan kemana hantu itu sekarang?” tanya Sun. Sun dapat melihat di belakang Dong-oppa ada Arang. Namun, dia lebih memilih pura-pura tidak tahu.
            “Maafkan aku. Hantu itu memerlukanku bantuanku. Dia datang ke Seoul untuk bertemu ayahnya yang tinggal didaerah Insadong, namun dalam perjalanan kesana dia mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat. Kemudian, aku dan Siwon menemukannya. Dia ingin menuju cahaya namun urusannya belum selesai. Dia tidak dapat berbahasa korea dan hanya dapat berbahasa Indonesia, jadi aku membantunya dengan menjadi penerjemahnya. Kami pergi bertanya pada hantu-hantu didaerah sana. Anggun tidak pernah bertemu dengan ayahnya lagi sejak umur 5 tahun. Oleh karena itu kamu kesulitan. Yang kami punya hanyalah namanya saja. Dan tadi siang adalah saat dia dapat bertemu dengan ayahnya. Sekarang dia telah pergi menuju cahaya. Dan sekarang, aku ingin menemui Arang. Namun, aku takut dia masih marah padaku? Aku harus bagaimana?”
            “Temui Arang dan jelaskan semuanya. Dia pasti mengerti,” ujar Sun sambil tersenyum. Dong-oppa yang ada didepannya tidak seperti Dong-oppa yang dia kenal. Tidak biasanya dia seperti ini, bingung bagaimana caranya meminta maaf. Sun tahu, sepertinya, Arang dan Dong-oppa saling menyukai. Namun, mereka belum sadar akan perasaanya. Sun segera masuk kedalam meninggalkan Dong-oppa yang masih berdiri didepan pintu Hanok. Dia harus memberikan waktu kepada Dong-oppa dan Arang untuk menyelesaikan permasalahannya.
            “Apa yang harus ku katakan agar Arang mau memaafkanku?” tanya Dong pada dirinya sendiri.
            “Katakan ‘Arang, mianhae’ maka aku akan memaafkan oppa. Dan satu lagi, oppa harus berjanji tidak akan meninggalkanku sendiri lagi. Tidak ada yang membelaku ketika aku dimarahi oleh Sun,” ucap Arang. Dong segera membalikkan badannya dan terkejut menyadari Arang yang ada dibelakangnya. Seulas senyum muncul di wajahnya. “Arang tidak marah lagi. Matanya telah kembali bersinar. Mata yang indah,” pikir Dong.
            “Arang, mianhae.”
            “Ya. Aku memaafkan oppa. Oppaneun naeggeoya (kakak adalah milikku).” Mendengar ucapan Arang, Dong tersenyum.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar