Karya Noviria Melati
Kent dengan judul Oppa adalah Milikku (based on SeoulMate)
Dia
melayang begitu cepat melewati setiap tingkungan yang ada di hanok menuju
sebuah ruangan. Tanpa mengetok pintu atau mengucapkan salam, dia segera masuk. Seorang
wanita yang sedang membaca koran segera menengadahkan kepalanya kearah
datangnya hantu itu.
“Dong-oppa menghilang. Aku sudah mencarinya disekeliling hanok, namun,
dia tidak ada. Pasti dia pergi lagi dengan hantu Indonesia itu. Kita harus
bagaimana?” ucap hantu itu langsung. Dia adalah Arang.
“Bagaimana apanya? Biarkan saja
mereka,” jawab wanita itu, Sun.
“Tidak bisa! Huh… ini semua karena
Siwon. Bagaimana bisa dia menerima hantu baru? Padahal Jang baru pergi 3 minggu
yang lalu. Kita semua belum selesai berduka…”
“Yaa!
Siapa yang kamu maksud berduka? Jang tidak pergi menuju cahaya, dia hanya
kembali ketubuh asalnya,” teriak Sun memotong perkataan Arang. Mendengar
teriakkan Sun, cukup membuat Arang terdiam. Dengan segera, Arang melayang agak
jauh dari sisi Sun. Tiba-tiba Sun berdiri dari kursinya, meraih sebuah kertas
di atas mejanya dan berjalan menuju pintu.
“Ayo, kita pergi. Kita harus
menjalankan proposal dari klien,” ujar Sun ke arah Arang dan keluar dari kamar.
“Lagi? Kamu yakin? Ini sudah proposal
ke sepuluh yang kita jalankan untuk seminggu terakhir,” teriak Arang. Tidak ada
tanggapan. Akhirnya, Arang mengikuti Sun. Sebelum keluar dari kamar Sun, Arang
sempat melirik koran yang dibaca Sun tadi. “Shin Ji Woo dinyatakan Sehat Oleh
Dokter.”
Sun dan Arang adalah salah satu
anggota dari organisasi “Seoulmate”. Sebuah organisasi penyalur hantu yang diketuai oleh Siwon. Di dalam
“Seoulmate” terdapat istilah soul dan mate. Soul untuk para hantu dan mate
untuk orang yang menjaga mereka. Jang adalah soul yang dimiliki Sun dulu, namun
sekarang dia telah kembali ketubuh aslinya, Shin Ji Woo. Sedangkan, Dong-oppa adalah salah satu pendiri seoulmate
namun kini sudah menjadi hantu karena sebuah kecelakaan. Namun, tidak lama
setelah kepergian Jang, Siwon kembali dengan seorang hantu dari Indonesia,
Anggun. Hantu itu cantik seperti Suzy-Miss A. Hantu itu juga dekat dengan Dong-oppa karena sama-sama warga Indonesia.
Hal itulah yang membuat Arang merasa tersaingi dengan kehadiran hantu itu.
***
“Won-ah, kenapa kami tidak dapat proposal lagi? Sedangkan Jun dan Miju
–para mate lainnya- mendapat banyak proposal,” protes Sun kepada Siwon. Sudah
dua hari ini, Sun tidak mendapatkan proposal dan jadwal guide di Traveliyagi.
“Kamu sudah terlalu lelah. Sudah beberapa
minggu terakhir ini, kamu mengambil terlalu banyak proposal.”
“Aku tidak lelah. Yang kami kerjakan
hanya proposal kecil dengan label D. Jadi, beri kami proposal lagi.”
“Tidak. Kamu mungkin tidak lelah.
Tapi, bagaimana dengan Arang? Soul juga perlu istirahat, tidak hanya mate,”
ucap Siwon sambil menatap Arang yang melayang dibelakang Sun. Arang hanya
mengangguk-anggukkan kepala. Sun segera membalikkan kepalanya dan dengan segera
Arang memasang muka memelas. Tidak ada pilihan bagi Sun. Dia juga merasa
kasihan pada Arang yang harus terus mengikutinya.
“Ya, baiklah. Untuk kali ini, aku
akan mengalah. Tetapi besok, aku menginginkan sudah ada proposal untukku. Tidak
ada alasan lagi,” ucap Sun sambil keluar dari ruangan Siwon. Dengan segera,
Arang mengikuti Sun, sebelum keluar Arang mengedipkan sebelah matanya pada
Siwon dengan manja dan dibalas Siwon dengan senyuman.
Setelah kepergian Sun, Siwon
menghelas nafas. Siwon tau, bahwa Sun mengambil begitu banyak proposal karena
ingin melupakan kesedihannya ditinggal Jang. Walaupun Jang telah berjanji
sebelumnya pada Sun bahwa dia akan kembali kepadanya dengan tubuh Shin Ji Woo,
namun itu tidak bisa membuat hati Sun merasa tenang. Sedangkan, Arang sendiri,
Siwon yakin dia tidak merasa lelah. Selain karena dia adalah hantu tua yang
tentu mempunyai energi yang lebih besar tetapi juga karena proposal yang
dikerjakan adalah proposal D yang tidak memakai banyak tenaga. Namun, tetap
saja, Arang membutuhkan waktu untuk istirahat, belum lagi jika dia dimarahi
Sun. Biasanya, jika Arang dimarahi Sun, maka Arang dapat berlindung dibelakang
Dong. Tetapi sekarang pun, Dong sedang sibuk membantu Anggun-hantu Indonesia-
untuk menemukan ayahnya agar dia dapat menuju cahaya. Karena itulah, Siwon
harus bertindak untuk membantu Sun dan Arang.
“Ayolah, Sun. Aku ingin pergi ke
Insadong. Lagipula, hari ini adalah hari liburku,” rengek Arang pada Sun setelah mereka tiba
dikamar Sun.
“Tidak! Hari ini juga adalah hari
liburku dan aku ingin beristirahat. Kamu kan bisa pergi sendiri kesana, hanya
dengan menghilang ‘ting’ dan kamu langsung tiba di Insadong. Tidak perlu
mengajakku.”
“Aku mohon. Aku butuh guide yang akan memanduku. Walaupun
selama bertahun-tahun aku tinggal dikedai teh didaerah Insadong, namun aku
belum pernah berjalan-jalan disekitar sana. Aku janji tidak akan membuat
masalah,” ucap Arang sambil menyatukan kedua tangannya didepan dada dan
memasang muka memelas.
“Yaa!
Sudah kukatakan aku tidak mau. Kenapa kamu tidak mengajak Siwon saja. Aku
sekarang lelah dan mau istirahat.”
“Ayolah, Sun. Tidak mungkin aku
mengajak Siwon. Dia itu lelaki dan aku wanita, jadi dia tidak akan mengerti apa
kemauanku nanti. Lagipula, aku tau kamu tidak lelah, bukankah tadi kamu baru
meminta pekerjaan pada Siwon. Yah, walaupun dia menolak untuk memberimu
pekerjaan. Tetapi, kamu dapat menjadi guide
bagiku, anggap saja itu sebagai suatu pekerjaan. Oke? Kamu mau, kan?”
“Yaa!
Yaa! Yaa! Cukup. Baiklah, aku akan menemanimu, tetapi kamu tidak boleh
meminta bantuan Siwon lagi. Aku tau, kamu pasti yang menyuruh Siwon untuk tidak
memberiku pekerjaan agar kamu bisa istirahat. Baiklah, kita pergi sekarang!”
ujar Sun sambil meraih tas selempangnya dan keluar. Arang tersenyum senang,
walaupun Sun berbicara ketus, namun sebenarnya Sun tulus menemaninya.
***
“Jwiseonghaeyo,”
ucap Arang sambil menembus tubuh orang-orang yang ada didepannya. Sun hanya
memandang aneh pada Arang. Untuk apa Arang mengucapkan kata permisi pada
orang-orang jika dia dapat menembus tubuh mereka? Seharusnya yang mengucapkan
kata itu adalah dirinya, Sun. Namun, Sun tidak peduli. “Arang! Sekarang kita
mau kemana?” ucap Sun agak keras kepada Arang. Pasalnya, sekarang mereka sedang
berada di lautan manusia Insadong. Mendengar pertanyaan Sun, beberapa orang
berhenti dan menatapnya sebentar. Mungkin, mereka merasa heran karena Sun
berbicara ke arah mereka. “Ke Mokin Museum,” jawab Arang. Perjalanan ke Mokin
Museum terasa sangat menyenangkan. Setidaknya itulah pendapat Arang. Sudah
lama, Arang ingin pergi kesana, namun baru sekarang niatnya terlaksana.
“Sun! Apa itu?” tanya Arang sambil
menunjuk kesebuah lemari kaca transparan tanpa tutup yang menjulang didepannya.
“Itu adalah mokin atau pria kayu. Di
masa dinasti Joseon, sekitar abad ke-13 sampai ke-18, berfungsi sebagai…… ”
hanya sampai disanalah perhatian Arang terhadap penjelasan Sun. Sekarang,
perhatian Arang tertuju pada seorang hantu pria yang sedang berjalan bersama
hantu wanita. Dong-oppa dan Anggun.
Arang segera melayang mendekat pada mereka. Dia ingin mendengarkan pembicaraan
mereka. Namun, percuma. Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak
dimengertinya. Bahasa Indonesia. Hatinya berdenyut sakit melihat kedekatan
mereka. Dan hal itu, membuat Arang terkejut. Pasalnya, perasaan yang
dirasakannya sekarang, sudah lama tidak dirasakannya. Mungkin sudah
berabad-abad lalu, saat kekasihnya mengkhianati cintanya. Kini, Arang tidak
bersemangat lagi untuk berjalan-jalan di daerah Insadong. Semangatnya telah
menguap seiring dengan perasaannya yang kecewa melihat Dong-oppa bersama hantu wanita itu.
***
Terdengar suara hentakan kaki di
lantai hanok. Arang tahu itu adalah Sun. Arang juga tahu, sebentar lagi Sun
akan memarahinya karena telah meninggalkannya sendiri di Mokin Museum. Akan
tetapi, Arang tidak merasa takut ataupun menyesal. Saat ini, dikepalanya hanya ada
peristiwa di Mokin Museum tadi.
“Hey, ARANG!” teriak Sun ketika
sudah sampai didepan kamarnya. Dibukanya pintu itu dengan kasar dan Sun dapat
melihat Arang yang sedang duduk diatas tempat tidurnya. “Kenapa kamu
meninggalkan sendiri disana? Aku mencarimu kemana-mana seperti orang gila. Dan
sekarang, kamu lagi duduk dikamar dengan santai. Apa yang sebenarnya kamu
inginkan? Aku sudah menuruti kemauanmu. Yaa!
Jawab pertanyaanku. Kamu sudah membuatku susah…”
“Diam. Aku bilang berhenti. Aku
lelah mendengar suaramu setiap hari yang memarahiku. Apa kamu tidak bisa diam?”
teriak Arang pada Sun. Setelah meneriaki Sun, Arang segera menghilang dari
sana. Sedangkan Sun masih syok setelah diteriaki Arang. Setelah kesadarannya
pulih, Sun segera memanggil Arang. Dia tahu, bahwa sepertinya Arang sedang
memiliki masalah yang berat karena tidak biasanya Arang melawan Sun. Namun,
yang keluar dari mulut Sun adalah : “Arang! Kembali! Aku belum selesai bicara.”
Setelah mengucapkan hal itu, Sun merasa menyesal, karena yang diucapkannya
seperti ingin memarahi Arang padahal bukan itu maksudnya. Sepanjang malam, Sun
menunggu kedatangan Arang, namun Arang tidak juga kembali hingga akhirnya Sun
tertidur.
Arang melayang kesana-kemari di
daerah Insadong. Dia mencari keberadaan Dong-oppa. Hampir dua jam pencariannya, hingga dia menemukan Dong-oppa masih dengan Anggun. Arang segera
menghampiri mereka tidak peduli ketika itu mereka sedang berbicara pada seorang
hantu tua. Yang Arang tahu, dia harus segera membawa Dong-oppa nya pergi atau dia harus merelakan Dong-oppa bersama hantu Indonesia itu. Segala macam alasan telah ia
keluarkan agar Dong-oppa mau pergi
bersamanya termasuk dengan menggunakan nama Sun. Namun, Dong-oppa tidak bergeming. Dan yang membuat
hati Arang bertambah sakit adalah kata-kata Dong-oppa selanjutnya : “Arang-ah
dapatkah kamu pergi sekarang. Kami masih harus pergi ketempat lain. Jika kamu
butuh bantuan, kamu dapat meminta tolong pada yang lain. Mianhae, aku tidak dapat membantumu kali ini.” Kalimat yang
terdengar seperti sebuah pengusiran bagi Arang. Dia segera melayang pergi
meninggalkan mereka.
Keesokkan
harinya…
Sun terbangun karena merasa udara
disekelilingnya terserap oleh suatu hal. Hantu. Mereka selalu datang dengan menghisap
udara disekelilingnya. Sun segera membuka matanya, dilihatnya Arang telah duduk
diatas meja belajarnya. Mukanya tidak bercahaya seperti biasanya. Apa yang
sebenarnya terjadi pada Arang? pikir Sun.
“Kemana saja kamu semalam?” tanya
Sun. Tidak ada jawaban. Arang hanya melayang kearah Sun dan meletakkan sebuah
kertas di atas tempat tidurnya. Proposal. Ketika Arang mendekat, Sun baru
melihat tatapan mata Arang yang kosong. Sun ingin bertanya, akan tetapi Arang
telah menghilang.
***
Sun menatap kecewa kepada Arang. Dia
kira dengan mengajak Arang mengerjakan proposal, Arang akan merasa lebih baik.
Namun, perkiraannya salah. Arang tidak kosentrasi dan terus melakukan
kesalahan. Padahal, mereka telah sering menjalankan proposal ini dan tidak
pernah ada kesalahan. Selain itu, Sun juga harus menahan rasa malunya pada
sutradara Kim-Wo –klien- karena telah membuat syutingnya kacau. Oleh karena
itulah, dengan segenap keberanian dan menahan rasa malu, Sun menghampiri
sutradara Kim-Wo, memintanya untuk membiarkan mereka pulang lebih cepat.
Awalnya, sutradara Kim-Wo marah. Namun, Sun terus memberikan alasan bahwa
hantunya sedang sakit sehingga terus membuat kesalahan. Dengan menahan rasa
marahnya, dia membiarkan Sun dan hantunya untuk pulang. Dengan segera, Sun
menghampiri Arang. “Pekerjaan kita sudah selesai…” belum selesai Sun bicara,
Arang telah menghilang. Sun hanya dapat menahan rasa kesal, kecewa, penasaran,
dan prihatinnya pada Arang.
***
Sun menatap heran pada Arang. Sudah
seharian ini, dia tidak mendengar suara Arang. Padahal, biasanya dia selalu
cerewet bercerita apa saja tentang Jang Geun Suk, Jang, Siwon, para seoulmate
lainnya dan tentang Dong-oppa.
Mengingat nama Dong-oppa membuat Sun
sadar akan sesuatu. Apakah ini semua karena Dong-oppa? Pikir Sun.
“Ya. Sekarang aku harus bagaimana?”
tanya Arag balik. Apakah tadi aku baru saja menyuarakan isi pikiranku? pikir
Sun. Dan sepertinya jawabannya adalah ‘iya.’
“Apa yang terjadi pada Dong-oppa?”
“Dia bersama hantu Indonesia itu.
Mereka berbicara bahasa yang tidak aku mengerti. Mereka jalan-jalan ke Mokin
Museum. Dan ketika aku pergi mengajak Dong-oppa
pergi, dia tidak mau mengikutiku. Hantu Indonesia itu telah merebut oppa-ku. Dan sekarang aku harus
bagimana, agar Dong-oppa mau kembali
padaku?”
“Kamu cemburu? Dong-oppa bukan milikmu,jadi untuk apa kamu mengkhawatirkannya?
Biarkan saja mereka. Huh… aku kira ada masalah apa? Ternyata hanya masalah
sepele,” ujar Sun. Dalam hati, Sun memarahi dirinya sendiri. Seharusnya dia
membantu Arang, bukan berkata seperti itu.
“Ya… ini memang konyol. Tidak
seharusnya aku begini. Tetapi, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa seperti ini.
Aku merasa Dong-oppa adalah milikku.
Dan aku merasa kehilangan ketika dia pergi bersama hantu lain. Oh, ia, bukankah
kamu dekat dengan Dong-oppa? Kalau
begitu, kamu harus membantuku.”
“Tidak. Aku tidak mau. Itu
masalahmu. Jadi kamu harus menyelesaikannya sendiri. Sekarang aku mau pergi
dulu. Ada pekerjaan di Traveliyagi.”
Melihat kepergian Sun, Arang mendengus kesal. “Dia tidak pernah memikirkanku. Padahal aku sudah banyak membantunya
ketika dia bermasalah dengan Jang.”
Sun berjalan-jalan disekitar daerah
Insadong. Sebenarnya, tadi dia telah berbohong pada Arang. Tidak ada pekerjaan.
Dia hanya tidak ingin Arang mengikutinya karena dia ingin bertemu dengan Don-oppa dan meminta penjelasan agar dia
dapat membantu Arang. Bagaimanapun, Arang lah yang menghiburnya saat dia merasa
sedih kehilangan Jang. Pada saat dia sedang berkeliling, dia melihat Dong dan
Anggun. Sun mengikuti mereka, mereka melayang dari satu rumah ke rumah lainnya.
Hingga akhirnya mereka memasuki rumah ke-10 dan tidak keluar-keluar. Sun
menunggu selama 1 jam diluar. Dalam hati, Sun sebenarnya merasa khawatir karena
bisa saja Dong-oppa dan Anggun
menggunakan kekuatan hantunya dan menghilang pergi ketempat lain. Namun, itu
tidak berlangsung lama karena beberapa menit kemudia mereka keluar. Sun merasa
lega namun juga heran, mereka berpelukkan dan Anggun menangis. Namun, dia
berusaha menahan rasa penasaran dan kecewanya melihat Dong-oppa. Tak berapa lama kemudian, mereka menghilang. Sun kembali
menunggu namun mereka tidak kembali juga. Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang
ke hanok. Sebuah kejutan menunggunya, Dong-oppa
menunggunya didepan hanok.
“Arang masih marah padaku? Terakhir
kali, aku bertemu dengannya, matanya terlihat sedih?”
“Ya. Dia sangat marah padamu. Bagaimana
bisa oppa lebih memilih hantu baru
itu daripada Arang? Dan tadi aku melihat oppa
berjalan bersama hantu itu di Insadong. Sebenarnya ada apa? Dan kemana hantu
itu sekarang?” tanya Sun. Sun dapat melihat di belakang Dong-oppa ada Arang. Namun, dia lebih memilih
pura-pura tidak tahu.
“Maafkan aku. Hantu itu memerlukanku bantuanku. Dia datang ke Seoul untuk
bertemu ayahnya yang tinggal didaerah Insadong, namun dalam perjalanan kesana
dia mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat. Kemudian, aku dan Siwon
menemukannya. Dia ingin menuju cahaya namun urusannya belum selesai. Dia tidak
dapat berbahasa korea dan hanya dapat berbahasa Indonesia, jadi aku membantunya
dengan menjadi penerjemahnya. Kami pergi bertanya pada hantu-hantu didaerah
sana. Anggun tidak pernah bertemu dengan ayahnya lagi sejak umur 5 tahun. Oleh
karena itu kamu kesulitan. Yang kami punya hanyalah namanya saja. Dan tadi
siang adalah saat dia dapat bertemu dengan ayahnya. Sekarang dia telah pergi menuju
cahaya. Dan sekarang, aku ingin menemui Arang. Namun, aku takut dia masih marah
padaku? Aku harus bagaimana?”
“Temui Arang dan jelaskan semuanya.
Dia pasti mengerti,” ujar Sun sambil tersenyum. Dong-oppa yang ada didepannya tidak seperti Dong-oppa yang dia kenal. Tidak biasanya dia seperti ini, bingung
bagaimana caranya meminta maaf. Sun tahu, sepertinya, Arang dan Dong-oppa saling menyukai. Namun, mereka
belum sadar akan perasaanya. Sun segera masuk kedalam meninggalkan Dong-oppa yang masih berdiri didepan pintu
Hanok. Dia harus memberikan waktu kepada Dong-oppa dan Arang untuk menyelesaikan permasalahannya.
“Apa yang harus ku katakan agar
Arang mau memaafkanku?” tanya Dong pada dirinya sendiri.
“Katakan ‘Arang, mianhae’ maka aku akan memaafkan oppa. Dan satu lagi, oppa harus berjanji tidak akan
meninggalkanku sendiri lagi. Tidak ada yang membelaku ketika aku dimarahi oleh
Sun,” ucap Arang. Dong segera membalikkan badannya dan terkejut menyadari Arang
yang ada dibelakangnya. Seulas senyum muncul di wajahnya. “Arang tidak marah lagi. Matanya telah kembali bersinar. Mata yang
indah,” pikir Dong.
“Arang, mianhae.”
“Ya. Aku memaafkan oppa. Oppaneun naeggeoya (kakak adalah milikku).” Mendengar ucapan Arang,
Dong tersenyum.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar