Conan

Kamis, 16 Agustus 2012

Novel Bleach "Nestle to Night"



"Mendekap pada Malam"

oleh Matsubara Makoto dan Kubo Tite

...


Yammy. Yammy. Malam kembali menjelang di dunia ini...

Setelah Aizen pergi dan semua Garganta ditutup, Hueco Mundo kembali merasakan kedamaian. Angin menghembus di antara puing-puing Las Noches, seakan meratapi yang tersisa darinya. Selain suara pasir yang dideru angin, hanya keheningan yang hinggap di tempat ini.

Seekor hewan terbujur di tengah padang pasir yang senyap ini. Wujudnya menyerupai anjing kecil, dengan sebuah topeng hollow dan bulu berwarna putih yang lembut. Ia bernama Kukkapuuro.

Kukkapuuro telah kehilangan hampir dari semua ingatannya. Yang dia tahu hanyalah dirinya adalah hollow, dan tempat ini adalah Hueco Mundo. Memanggil dirinya sebagai "Kukkapuuro", menggosok dahinya dengan tangannya, dan menggaruk gatal telinganya hanyalah ingatan yang tersisa baginya, tertanam dalam dasar benaknya.

Di dunia yang dipenuhi reishi seperti Hueco Mundo, hollow kecil sepertinya hanya butuh bernapas untuk bertahan hidup, sebelum akhirnya menjadi santapan bagi hollow lain. Kukkapuuro ada di ujung dasar rantai makanan, namun masih sanggup bertahan hidup karena dia bersama seseorang yang sangat kuat.

Kukkapuuro berharap banyak padanya, berpikir, "Orang ini sangat penting bagiku."

Karena besar langkahnya, dia selalu melangkah lebih jauh dari Kukkapuuro, membuat Kukkapuuro untuk selalu mengejar bayang-bayangnya yang besar. Dia selalu memandang Kukkapuuro dengan gerutuan tidak sabar, bahkan menolak untuk memberinya nama. Dia tidak pernah menggendong, mengelus, maupun berbagi makanan dengan Kukkapuuro.

Meski begitu, dia tidak pernah membunuh Kukkapuuro.

Sampai akhir, dia juga tidak pernah meninggalkan Kukkapuuro.

***

"Di sini sepi sekali..." adalah kalimat yang pertama kali terucap oleh Mila-Rose setelah keluar dari Garganta.

Di belakangnya, Apacci, Sung-Sun, dan Tier Harribel juga menapak di padang pasir itu. Garganta di belakang mereka menutup tanpa bersuara, dan koyakan dimensi tersebut segera menghilang.

"Benar-benar kacau..." ujar Apacci, melihat kerusakan yang terjadi pada Las Noches akibat pertarungan sengit.

"Kelihatannya mereka bertarung dengan sangat barbar..." ucap Sung-Sun, sembari menyembunyikan bibirnya di balik lengan baju, melihat ke atas langit. Langit-langit Las Noches telah rusak di banyak bagian, membuat langit biru rekayasa Las Noches dan langit hitam Hueco Mundo tampak seperti mozaik.

Harribel terdiam sejenak, memandang hening ke arah bekas medan pertempuran itu. Ketiga fraccion-nya, meski biasanya selalu bertengkar, juga terdiam dalam hening mengikuti tuannya.

Berdiri di sisi kanan Harribel, Apacci menunduk, melihat tubuhnya yang tidak terluka sama sekali. Tangannya dia kepalkan keras-keras.

(...Brengsek!)

Dalam hatinya, dia mengumpat.

Hanya beberapa jam sebelumnya, mereka berempat ada dalam ambang kematian. Harribel menderita dua tebasan dari zanpakutou Aizen, Kyouka Suigetsu. Satu luka melintasi perutnya, dan satu lagi menembus dari punggung ke dada sebelah kirinya. Apacci, Mila-Rose, dan Sung-Sun kehilangan sebelah lengan mereka untuk menciptakan Allon. Mereka juga menderita luka bakar berat di sekujur tubuhnya karena kobaran api dari Yamamoto.

Tangan kanan Apacci menyentuh lengan kirinya. Terasa sangat normal, persis seperti lengannya yang seharusnya sudah tertebas. Tidak ada rasa sakit yang tersisa di bagian mana pun dari tubuhnya.

(Pada akhirnya... kita masih harus tergantung pada kekuatan manusia...!)

Dia menggertakkan giginya.

Yang menyembuhkan mereka adalah Inoue Orihime. Ketika Kota Karakura Palsu telah dialihkan kembali dengan yang asli, para Arrancar yang tidak sadarkan diri juga dikirim ke Soul Society. Ketika Orihime kembali dari Hueco Mundo bersama Kuchiki Rukia dan yang lainnya untuk bertemu Ichigo seusai pertempuran, Apacci meminta Orihime untuk menyembuhkan mereka di kota.

Tiga fraccion yang diampuni oleh Yamamoto tidak terluka seberat Harribel, yang sampai menderita dua luka yang mengancam keselamatan nyawanya. Bila bukan Orihime, barangkali tidak ada yang bisa menolongnya. Meski begitu, mempercayakan Harribel yang sangat dia hormati ke tangan manusia, walau hanya sebentar, adalah satu hal yang tidak akan pernah bisa dia maafkan.

Gerut wajah Apacci menegas. Lengannya semakin mengepal keras.

(Benar-benar brengsek...!)

Rasa terima kasihnya sendiri yang teramat sangat kepada Orihime, adalah satu hal yang tidak akan pernah bisa dia maafkan.

***

Tidak lama setelah Kurosaki Ichigo bertemu yang lainnya, dia meraung sangat keras seakan tenggorokannya terbelah, kemudian terjatuh pingsan.

"Kurosaki-kun!!"

"Ichigo!!"

"Kurosaki!!"

Sorak gembira dalam beberapa detik sebelumnya berubah menjadi jeritan kekhawatiran. Rukia, Orihime, Renji, Uryuu, dan Chad berlari ke arah Ichigo, memanggil-manggil namanya.

"Semuanya, mohon tenang," ujar Urahara, menghentikan Orihime yang melebarkan tangannya, siap menggunakan Souten Kisshun. Urahara melihat pandangan Orihime yang penuh kekhawatiran, kemudian mengangguk pelan padanya. Dia memalingkan wajah ke yang lainnya. "Kurosaki baik-baik saja. Yang barusan terjadi tidak akan membahayakan nyawanya."

Chad menghela napas lega mendengar kalimat Urahara. Dia mengangkat Ichigo, agar kawannya bisa tertidur terlentang. Meski tidak sadarkan diri, tubuh Ichigo bergetar, mengerang kesakitan.

"Apa yang terjadi pada Ichigo...?" tanya Rukia, wajahnya berkerut melihat Ichigo yang kesakitan.

"Agar bisa mengalahkan Aizen, dia menggunakan Wujud Akhir Getsuga Tenshou."

"...Wujud Akhir?" tanya Uryuu.

Urahara menutup matanya dengan tenang, mengambil nafas panjang, perlahan. "Teknik tersebut disebut 'Mugetsu'. Menggunakan teknik itu mengakibatkan dia kehilangan seluruh kekuatan shinigami-nya..."

Pada awalnya, tidak ada yang tampak paham ucapan Urahara. Mungkin, di dalam dasar hati mereka, mereka tidak ingin paham.

Beberapa saat kemudian, Orihime bergumam, "Bagaimana mungkin...!" Dan tak lama dia terjatuh pingsan.

"Kekuatan... shinigami..." Rukia terlihat seakan dia kehilangan ingatannya. Dia hanya menatap Ichigo, tak berkedip sedikit pun.

"Apa maksudmu Kurosaki tak bisa lagi jadi shinigami...!?" Uryuu sedikit berteriak, seakan dia melepas semua perasaannya.

Dengan sedih Urahara mengangguk. "Ya."

"...Brengsek!" Dalam hatinya, perasaan Renji sangat bercampur aduk, penuh kekesalan. Renji menyesal karena mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengandalkan Ichigo, yang bukan berasal dari Soul Society, hingga harus menggunakan teknik semacam ini. Renji kesal karena dirinya begitu lemah.

"Ichigo...!" Menundukkan wajahnya, hati Chad terguncang, menyesali kelemahannya sendiri.

Urahara menunggu hingga semuanya dalam keadaan tenang. Kemudian dia melanjutkan, "Pingsannya Kurosaki berarti dia memasuki tahap pertama dalam kehilangan kekuatannya. Dengan bantuan Isshin, dia berlatih selama tiga bulan di arus waktu Dangai, sampai dia akhirnya memperoleh 'Mugetsu'."

"Tiga bulan?!" Renji terbelalak.

"Jadi itulah mengapa rambutnya lebih panjang..." gumam Uryuu pada dirinya sendiri.

Dalam benaknya, Rukia membayangkan Ichigo yang terakhir kali dia lihat sebelum meninggalkan Hueco Mundo, dan Ichigo yang kini tertidur di sampingnya. Rambutnya bertambah panjang, tubuhnya juga tampak bertambah tinggi. Wajahnya, entah dia sadari atau tidak, juga tampak lebih dewasa. Hanya beberapa hari berlalu antara saat pertama mereka menyelinap ke Hueco Mundo untuk menyelamatkan Orihime dan berakhirnya semua pertarungan ini.

(Namun bagimu, kelihatannya semua terasa seperti sebuah pertarungan yang panjang...)

Rukia melempar pandangan menenangkan.

"Saat ini tubuhnya sedang mengalami pemutarbalikan waktu akibat latihan di Dangai. Rasanya sangat sakit dan bisa membuat hilang kesadaran, tapi tak akan membahayakan nyawanya."

"Apa ada yang bisa kulakukan...?!" tanya Orihime, terdengar sangat kebingungan.

"Sayangnya, tak ada." Urahara menggelengkan kepala. "Tak ada yang bisa kita lakukan saat ini. Setelah pemutarbalikan waktunya selesai, kekuatan shinigami Ichigo akan menghilang. Ini tahap pertamanya."

"Setelah itu apa lagi?!" tanya Rukia, terkejut.

Urahara mengangguk, melanjutkan klaimatnya, "Tahap keduanya, setelah reiatsu-nya stabil, dia akan terbangun... dan sisa kekuatan spiritualnya akan menghilang."

"Kalau begitu, Ichigo..."

"Jangankan shinigami dan hollow, roh plus biasa juga tak akan bisa dia lihat."

Mendengar ucapan Urahara, semuanya terhenyak dalam diam. Bisa melihat roh adalah hal yang sangat berarti bagi Ichigo; satu hal yang dipahami oleh setiap orang di tempat itu.

Melihat wajah muram yang lainnya, Urahara bicara dengan nada cerah, "Ngomong-ngomong, mari bawa dulu dia ke tempat yang aman! Sampai tahap pertamanya selesai, kita tak bisa membawanya pulang. Kalau adik-adiknya melihat Ichigo tiba-tiba jadi dewasa begini, mereka bisa sangat terkejut!"

"...Benar." Renji yang pertama mengangkat wajahnya. "Diam di sini saja tak berguna. Oi, ambil tandunya ke sini!" dia memanggil salah satu anggota Divisi Empat yang baru saja mau pergi. Dua anggota yang lebih dekat datang membawa tandu. "Bawa dia ke tempat yang aman. Hati-hati... dia adalah pahlawan yang menangkap Aizen!"

"Siap!" Mereka berdua menjawab semangat dan menunduk hormat. Sebagai pahlawan yang akhirnya menyudahi pertarungan panjang ini, nama baik Ichigo telah dikenal di seluruh anggota Gotei 13.

Ketika mereka dengan hati-hati memindahkan Ichigo ke atas tandu, secara bersamaan Urahara dan Uryuu melihat ke arah atas.

"Ada yang datang!"

"Reiatsu ini... Arrancar?!"

Dua orang yang berbakat merasakan reiatsu ini mengangkat wajahnya dan memandang ke atas. Yang lain mengikuti mereka, melihat ke arah langit.

Mendadak di tengah langit biru yang cerah, sesosok muncul menggunakan Sonido--suatu hal yang hanya bisa dilakukan oleh Arrancar. Sosok itu bergerak sangat cepat, hampir menyerupai terjatuh dari langit.

Mereka melihat Arrancar yang baru saja mendarat. Dia adalah salah seorang fraccion Harribel, Apacci. Kulitnya terbakar, lengan kirinya terkoyak dengan darah yang masih menetes dari lukanya, dan yang dia bisa lakukan hanyalah berdiri diam.

"Kau pasti cari mati...!" Renji memandang tajam Apacci, tangannya menggengam zanpakutounya, Zabimaru.

Namun Apacci sama sekali tidak meliriknya; matanya hanya tertuju pada Orihime. "Hei, perempuan... ikutlah... denganku..." Bahunya bergetar keras seraya dia bernapas, kalimatnya terucap terbata-bata.

Melihat Arrancar itu mendekati Orihime, Rukia segera menghadangnya. Sebelum dia sempat berbuat apa pun, Apacci melangkah dan kehilangan keseimbangannya, terhempas ke atas tanah.

"Breng...sek..." Dia mencoba mengangkat dirinya, namun hanya bisa menggenggam tanah.

"Souten Kisshun!" Orihime mengarahkan lengannya, menggunakan teknik Shun Shun Rikka. Shun'o dan Ayame terbang menuju Apacci, mengelilingnya dengan cahaya penyembuh.

"Sebentar, Inoue! Dia Arrancar! Tidak perlu menyembuhkannya!" Renji berteriak. Orihime pernah diculik oleh Arrancar dan Renji jelas berharap dia tak perlu lagi berhubungan dengan para hollow itu.

"Tapi, aku tak bisa diam saja..." Orihime berjalan melewati Rukia, mendekat ke ara Apacci. Walaupun dia Arrancar, Orihime tak bisa membiarkan seseorang yang terluka begitu saja.

Saat Orihime mulai berkonsentrasi menyembuhkan, Apacci berucap dengan lemah, "Jangan pedulikan aku... selamatkan... Harribel-sama...!"

"Tapi, lukamu juga sangat parah..."

"Kumohon!" Apacci mengangkat kepalanya dan meraih tangan Orihime. Tangannya sendiri bergetar, entah karena kesakitan atau hal lain. "Kumohon, cepatlah... selamatkan Harribel-sama...!" Matanya tidak menyimpan niat buruk ataupun niat membunuh; hanya niat untuk menyelamatkan nakama-nya, sama seperti orihime.

"...Aku paham! Tolong bawa aku ke sana!" Orihime melepas Souten Kishun, mencoba merangkul Apacci.

"Aku juga ikut. Pegang lenganku erat-erat." Rukia berdiri di sisi Orihime. Menjaga agar luka di bahunya tak terbuka, dia dengan hati-hati merangkul Apacci. Lengan kiri Rukia juga terluka dan dibalut perban, tapi lengan kanannya merangkul Apacci dengan erat. Terkejut, Apacci membelalakkan matanya, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia mengandalkan mereka berdua.

"Kelihatannya aku tak punya pilihan lain... ayo sini!" Renji mendekat ke arah mereka. "Kau terburu-buru, kan? Biarkan aku membawamu. Aku tidak terluka separah yang lain..."

"Terima kasih, Abarai-kun!" Orihime dan Rukia dengan hati-hati menempatkan Apacci di punggung Renji. Renji berdiri dan berjalan ke arah Kota Karakura Palsu, dengan Orihime dan Uryuu mengikuti di belakang mereka.

"Urahara, Chad, Ichigo kuserahkan pada kalian!" Rukia berlari mengikuti mereka, menyerahkan Urahara untuk menjelaskan luka Ichigo dan Chad untuk mengobati luka di kakinya.

***

Melihat gerakan di celah puing-puing, Sung-sun menyahut, "Siapa di sana?!"

"Guk!" Kukkapuuro tampak dari balik bayang-bayang, berlari ke arah mereka berempat.

"Kau anjing milik Yammy..." Harribel teringat, hollow kecil ini selalu ada di samping Yammy.

"Di dekat sini... aku bisa merasakan sisa-sisa reiatsu Yammy," ujar Mila-Rose. Sisa-sisa reiatsu itu berasal dari pertarungan yang memaksa Yammy mengerahkan seluruh kekuatannya.

"Si Yammy itu, dia benar-benar bodoh, selalu merasa dirinya begitu hebat. Yang benar saja!" ujar Apacci dengan nada suaranya yang seperti biasa. Dua fraccion lainnya mengangguk setuju.

"Kalau begitu... si brengsek itu...?!" ujarnya lagi, sambil menendang pasir. Apacci berharap segalanya segera kembali seperti biasa. Para manusia, shinigami, pertempuran ini, dan hubungan dengan Soul Society; semuanya, segera terlupakan.

"Cih! Apakah mereka sudah menyadari...!" Mila-Rose menggerutu, berkonsentrasi pada reiatsu di sekeliling mereka.

Sung-sun mengangguk, dahinya berkerut. "Hmm... ada sekelompok hollow berkekuatan-sedang, berkerumun ke arah itu."

Para hollow yang sebelumnya takut akan Aizen dan kekuatan Espada kini mulai mengelilingi Las Noches.

"Sepertinya... akan ada perang lagi..." Raut wajah Harribel memuram dan hatinya terasa berat. Mengingat alasannya mengikuti Aizen adalah dengan harapan kekuatan Aizen yang besar bisa mencegah terjadinya perang-perang yang tidak diperlukan, Harribel kini tidak mengharapkan adanya lagi perang setelah kepergian Aizen.

"Harribel-sama."

Mendengar panggilan itu, dia menoleh dan melihat Sung-Sun bersimpuh pada lututnya. Fraccion itu menunduk, berujar, "Barragan sudah tewas. Aizen sudah pergi. Satu-satunya yang sesuai untuk menjadi penguasa Hueco Mundo sekarang adalah Harribel-sama."

"Aku setuju!" Apacci ikut bersimpuh, menundukkan kepalanya.

"Apa pun yang terjadi, mohon jadilah penguasa baru Hueco Mundo!" Mila-Rose juga ikut bersimpuh.

Harribel menunduk. Dia memandang tenang tiga fraccion yang menunggu tanggapan darinya. "Hueco Mundo tak membutuhkan seorang penguasa," jawabnya.

"Matahari yang palsu tak akan bisa menyinari kegelapan yang kelam ini." Langit biru ciptaan terhambar di atas mereka. "Hueco Mundo hanya memiliki kegelapan... dan satu-satunya hal yang dibutuhkannya adalah kegelapan yang damai."

Harribel mengedip perlahan, berjalan pelan ke tengah-tengah Las Noches. Tiga fraccion-nya berdiri, berganti pandang, kemudian mengangguk dalam diam.

"Kami akan selalu melayani anda, Harribel-sama!" ujar Sung-Sun, seraya langkah mereka mengikuti Harribel.

Setelah beberapa langkah, Apacci menengok ke belakang, ke arah Kukkapuuro. Anjing kecil itu masih menatap mereka berempat. "Hei, makhluk kecil! Kau bisa mati kalau menetap di tempat seperti ini!" Dia berjalan ke arahnya, menggendong tubuh kecil makhluk itu, namun Kukkapuuro menyalak dan meronta dari genggamannya.

Melihat Apacci, Sung-Sun berujar, "Biarkan saja dia. Apa kau tak paham dia cuma ingin berdiam di sini?"

"Berisik! Tak perlu dibilang aku juga sudah tahu. Aku memang mau melepaskannya!" Apacci melepaskan Kukkapuuro dari genggamannya dan anjing itu menyalak senang, menggoyangkan ekornya.

"Kau juga memiliki sesuatu yang tak bisa kau tinggalkan, ya?" Mila-Rose mengelus kepala Kukkapuuro dengan lembut. Tak lama, dia segera kembali ke samping Harribel bersama dua fraccion lainnya.

Bayang mereka perlahan menghilang. Jejak mereka terhapus, tersapu angin yang mendesir.

Kukkapuuro tetap di sana, berdiam diri dan melihat dari kejauhan.

Hingga hari ini, dia masih di sana; masih kehilangan tuannya yang telah pergi.

Translet by Xaliberhttp://bleachindonesia.com/forum/index.php?showtopic=2017&st=0entry70342

Tidak ada komentar:

Posting Komentar