"Mendekap pada Malam"
oleh Matsubara Makoto dan Kubo Tite
...
Yammy. Yammy. Malam kembali menjelang di dunia ini...
Setelah
Aizen pergi dan semua Garganta ditutup, Hueco Mundo kembali merasakan
kedamaian. Angin menghembus di antara puing-puing Las Noches, seakan
meratapi yang tersisa darinya. Selain suara pasir yang dideru angin,
hanya keheningan yang hinggap di tempat ini.
Seekor hewan
terbujur di tengah padang pasir yang senyap ini. Wujudnya menyerupai
anjing kecil, dengan sebuah topeng hollow dan bulu berwarna putih yang
lembut. Ia bernama Kukkapuuro.
Kukkapuuro telah kehilangan
hampir dari semua ingatannya. Yang dia tahu hanyalah dirinya adalah
hollow, dan tempat ini adalah Hueco Mundo. Memanggil dirinya sebagai
"Kukkapuuro", menggosok dahinya dengan tangannya, dan menggaruk gatal
telinganya hanyalah ingatan yang tersisa baginya, tertanam dalam dasar
benaknya.
Di dunia yang dipenuhi reishi seperti Hueco
Mundo, hollow kecil sepertinya hanya butuh bernapas untuk bertahan
hidup, sebelum akhirnya menjadi santapan bagi hollow lain. Kukkapuuro
ada di ujung dasar rantai makanan, namun masih sanggup bertahan hidup
karena dia bersama seseorang yang sangat kuat.
Kukkapuuro berharap banyak padanya, berpikir, "Orang ini sangat penting bagiku."
Karena
besar langkahnya, dia selalu melangkah lebih jauh dari Kukkapuuro,
membuat Kukkapuuro untuk selalu mengejar bayang-bayangnya yang besar.
Dia selalu memandang Kukkapuuro dengan gerutuan tidak sabar, bahkan
menolak untuk memberinya nama. Dia tidak pernah menggendong, mengelus,
maupun berbagi makanan dengan Kukkapuuro.
Meski begitu, dia tidak pernah membunuh Kukkapuuro.
Sampai akhir, dia juga tidak pernah meninggalkan Kukkapuuro.
***
"Di sini sepi sekali..." adalah kalimat yang pertama kali terucap oleh Mila-Rose setelah keluar dari Garganta.
Di
belakangnya, Apacci, Sung-Sun, dan Tier Harribel juga menapak di
padang pasir itu. Garganta di belakang mereka menutup tanpa bersuara,
dan koyakan dimensi tersebut segera menghilang.
"Benar-benar kacau..." ujar Apacci, melihat kerusakan yang terjadi pada Las Noches akibat pertarungan sengit.
"Kelihatannya
mereka bertarung dengan sangat barbar..." ucap Sung-Sun, sembari
menyembunyikan bibirnya di balik lengan baju, melihat ke atas langit.
Langit-langit Las Noches telah rusak di banyak bagian, membuat langit
biru rekayasa Las Noches dan langit hitam Hueco Mundo tampak seperti
mozaik.
Harribel terdiam sejenak, memandang hening ke arah
bekas medan pertempuran itu. Ketiga fraccion-nya, meski biasanya
selalu bertengkar, juga terdiam dalam hening mengikuti tuannya.
Berdiri
di sisi kanan Harribel, Apacci menunduk, melihat tubuhnya yang tidak
terluka sama sekali. Tangannya dia kepalkan keras-keras.
(...Brengsek!)
Dalam hatinya, dia mengumpat.
Hanya
beberapa jam sebelumnya, mereka berempat ada dalam ambang kematian.
Harribel menderita dua tebasan dari zanpakutou Aizen, Kyouka Suigetsu.
Satu luka melintasi perutnya, dan satu lagi menembus dari punggung ke
dada sebelah kirinya. Apacci, Mila-Rose, dan Sung-Sun kehilangan sebelah
lengan mereka untuk menciptakan Allon. Mereka juga menderita luka
bakar berat di sekujur tubuhnya karena kobaran api dari Yamamoto.
Tangan
kanan Apacci menyentuh lengan kirinya. Terasa sangat normal, persis
seperti lengannya yang seharusnya sudah tertebas. Tidak ada rasa sakit
yang tersisa di bagian mana pun dari tubuhnya.
(Pada akhirnya... kita masih harus tergantung pada kekuatan manusia...!)
Dia menggertakkan giginya.
Yang
menyembuhkan mereka adalah Inoue Orihime. Ketika Kota Karakura Palsu
telah dialihkan kembali dengan yang asli, para Arrancar yang tidak
sadarkan diri juga dikirim ke Soul Society. Ketika Orihime kembali dari
Hueco Mundo bersama Kuchiki Rukia dan yang lainnya untuk bertemu Ichigo
seusai pertempuran, Apacci meminta Orihime untuk menyembuhkan mereka
di kota.
Tiga fraccion yang diampuni oleh Yamamoto tidak
terluka seberat Harribel, yang sampai menderita dua luka yang mengancam
keselamatan nyawanya. Bila bukan Orihime, barangkali tidak ada yang
bisa menolongnya. Meski begitu, mempercayakan Harribel yang sangat dia
hormati ke tangan manusia, walau hanya sebentar, adalah satu hal yang
tidak akan pernah bisa dia maafkan.
Gerut wajah Apacci menegas. Lengannya semakin mengepal keras.
(Benar-benar brengsek...!)
Rasa terima kasihnya sendiri yang teramat sangat kepada Orihime, adalah satu hal yang tidak akan pernah bisa dia maafkan.
***
Tidak
lama setelah Kurosaki Ichigo bertemu yang lainnya, dia meraung sangat
keras seakan tenggorokannya terbelah, kemudian terjatuh pingsan.
"Kurosaki-kun!!"
"Ichigo!!"
"Kurosaki!!"
Sorak
gembira dalam beberapa detik sebelumnya berubah menjadi jeritan
kekhawatiran. Rukia, Orihime, Renji, Uryuu, dan Chad berlari ke arah
Ichigo, memanggil-manggil namanya.
"Semuanya, mohon
tenang," ujar Urahara, menghentikan Orihime yang melebarkan tangannya,
siap menggunakan Souten Kisshun. Urahara melihat pandangan Orihime yang
penuh kekhawatiran, kemudian mengangguk pelan padanya. Dia memalingkan
wajah ke yang lainnya. "Kurosaki baik-baik saja. Yang barusan terjadi
tidak akan membahayakan nyawanya."
Chad menghela napas
lega mendengar kalimat Urahara. Dia mengangkat Ichigo, agar kawannya
bisa tertidur terlentang. Meski tidak sadarkan diri, tubuh Ichigo
bergetar, mengerang kesakitan.
"Apa yang terjadi pada Ichigo...?" tanya Rukia, wajahnya berkerut melihat Ichigo yang kesakitan.
"Agar bisa mengalahkan Aizen, dia menggunakan Wujud Akhir Getsuga Tenshou."
"...Wujud Akhir?" tanya Uryuu.
Urahara
menutup matanya dengan tenang, mengambil nafas panjang, perlahan.
"Teknik tersebut disebut 'Mugetsu'. Menggunakan teknik itu mengakibatkan
dia kehilangan seluruh kekuatan shinigami-nya..."
Pada awalnya, tidak ada yang tampak paham ucapan Urahara. Mungkin, di dalam dasar hati mereka, mereka tidak ingin paham.
Beberapa saat kemudian, Orihime bergumam, "Bagaimana mungkin...!" Dan tak lama dia terjatuh pingsan.
"Kekuatan... shinigami..." Rukia terlihat seakan dia kehilangan ingatannya. Dia hanya menatap Ichigo, tak berkedip sedikit pun.
"Apa maksudmu Kurosaki tak bisa lagi jadi shinigami...!?" Uryuu sedikit berteriak, seakan dia melepas semua perasaannya.
Dengan sedih Urahara mengangguk. "Ya."
"...Brengsek!"
Dalam hatinya, perasaan Renji sangat bercampur aduk, penuh kekesalan.
Renji menyesal karena mereka tidak memiliki pilihan lain selain
mengandalkan Ichigo, yang bukan berasal dari Soul Society, hingga harus
menggunakan teknik semacam ini. Renji kesal karena dirinya begitu
lemah.
"Ichigo...!" Menundukkan wajahnya, hati Chad terguncang, menyesali kelemahannya sendiri.
Urahara
menunggu hingga semuanya dalam keadaan tenang. Kemudian dia
melanjutkan, "Pingsannya Kurosaki berarti dia memasuki tahap pertama
dalam kehilangan kekuatannya. Dengan bantuan Isshin, dia berlatih selama
tiga bulan di arus waktu Dangai, sampai dia akhirnya memperoleh
'Mugetsu'."
"Tiga bulan?!" Renji terbelalak.
"Jadi itulah mengapa rambutnya lebih panjang..." gumam Uryuu pada dirinya sendiri.
Dalam
benaknya, Rukia membayangkan Ichigo yang terakhir kali dia lihat
sebelum meninggalkan Hueco Mundo, dan Ichigo yang kini tertidur di
sampingnya. Rambutnya bertambah panjang, tubuhnya juga tampak bertambah
tinggi. Wajahnya, entah dia sadari atau tidak, juga tampak lebih
dewasa. Hanya beberapa hari berlalu antara saat pertama mereka
menyelinap ke Hueco Mundo untuk menyelamatkan Orihime dan berakhirnya
semua pertarungan ini.
(Namun bagimu, kelihatannya semua terasa seperti sebuah pertarungan yang panjang...)
Rukia melempar pandangan menenangkan.
"Saat
ini tubuhnya sedang mengalami pemutarbalikan waktu akibat latihan di
Dangai. Rasanya sangat sakit dan bisa membuat hilang kesadaran, tapi tak
akan membahayakan nyawanya."
"Apa ada yang bisa kulakukan...?!" tanya Orihime, terdengar sangat kebingungan.
"Sayangnya,
tak ada." Urahara menggelengkan kepala. "Tak ada yang bisa kita
lakukan saat ini. Setelah pemutarbalikan waktunya selesai, kekuatan
shinigami Ichigo akan menghilang. Ini tahap pertamanya."
"Setelah itu apa lagi?!" tanya Rukia, terkejut.
Urahara
mengangguk, melanjutkan klaimatnya, "Tahap keduanya, setelah
reiatsu-nya stabil, dia akan terbangun... dan sisa kekuatan spiritualnya
akan menghilang."
"Kalau begitu, Ichigo..."
"Jangankan shinigami dan hollow, roh plus biasa juga tak akan bisa dia lihat."
Mendengar
ucapan Urahara, semuanya terhenyak dalam diam. Bisa melihat roh adalah
hal yang sangat berarti bagi Ichigo; satu hal yang dipahami oleh
setiap orang di tempat itu.
Melihat wajah muram yang
lainnya, Urahara bicara dengan nada cerah, "Ngomong-ngomong, mari bawa
dulu dia ke tempat yang aman! Sampai tahap pertamanya selesai, kita tak
bisa membawanya pulang. Kalau adik-adiknya melihat Ichigo tiba-tiba
jadi dewasa begini, mereka bisa sangat terkejut!"
"...Benar."
Renji yang pertama mengangkat wajahnya. "Diam di sini saja tak
berguna. Oi, ambil tandunya ke sini!" dia memanggil salah satu anggota
Divisi Empat yang baru saja mau pergi. Dua anggota yang lebih dekat
datang membawa tandu. "Bawa dia ke tempat yang aman. Hati-hati... dia
adalah pahlawan yang menangkap Aizen!"
"Siap!" Mereka
berdua menjawab semangat dan menunduk hormat. Sebagai pahlawan yang
akhirnya menyudahi pertarungan panjang ini, nama baik Ichigo telah
dikenal di seluruh anggota Gotei 13.
Ketika mereka dengan hati-hati memindahkan Ichigo ke atas tandu, secara bersamaan Urahara dan Uryuu melihat ke arah atas.
"Ada yang datang!"
"Reiatsu ini... Arrancar?!"
Dua
orang yang berbakat merasakan reiatsu ini mengangkat wajahnya dan
memandang ke atas. Yang lain mengikuti mereka, melihat ke arah langit.
Mendadak
di tengah langit biru yang cerah, sesosok muncul menggunakan
Sonido--suatu hal yang hanya bisa dilakukan oleh Arrancar. Sosok itu
bergerak sangat cepat, hampir menyerupai terjatuh dari langit.
Mereka
melihat Arrancar yang baru saja mendarat. Dia adalah salah seorang
fraccion Harribel, Apacci. Kulitnya terbakar, lengan kirinya terkoyak
dengan darah yang masih menetes dari lukanya, dan yang dia bisa lakukan
hanyalah berdiri diam.
"Kau pasti cari mati...!" Renji memandang tajam Apacci, tangannya menggengam zanpakutounya, Zabimaru.
Namun
Apacci sama sekali tidak meliriknya; matanya hanya tertuju pada
Orihime. "Hei, perempuan... ikutlah... denganku..." Bahunya bergetar
keras seraya dia bernapas, kalimatnya terucap terbata-bata.
Melihat
Arrancar itu mendekati Orihime, Rukia segera menghadangnya. Sebelum
dia sempat berbuat apa pun, Apacci melangkah dan kehilangan
keseimbangannya, terhempas ke atas tanah.
"Breng...sek..." Dia mencoba mengangkat dirinya, namun hanya bisa menggenggam tanah.
"Souten
Kisshun!" Orihime mengarahkan lengannya, menggunakan teknik Shun Shun
Rikka. Shun'o dan Ayame terbang menuju Apacci, mengelilingnya dengan
cahaya penyembuh.
"Sebentar, Inoue! Dia Arrancar! Tidak
perlu menyembuhkannya!" Renji berteriak. Orihime pernah diculik oleh
Arrancar dan Renji jelas berharap dia tak perlu lagi berhubungan dengan
para hollow itu.
"Tapi, aku tak bisa diam saja..."
Orihime berjalan melewati Rukia, mendekat ke ara Apacci. Walaupun dia
Arrancar, Orihime tak bisa membiarkan seseorang yang terluka begitu
saja.
Saat Orihime mulai berkonsentrasi menyembuhkan,
Apacci berucap dengan lemah, "Jangan pedulikan aku... selamatkan...
Harribel-sama...!"
"Tapi, lukamu juga sangat parah..."
"Kumohon!"
Apacci mengangkat kepalanya dan meraih tangan Orihime. Tangannya
sendiri bergetar, entah karena kesakitan atau hal lain. "Kumohon,
cepatlah... selamatkan Harribel-sama...!" Matanya tidak menyimpan niat
buruk ataupun niat membunuh; hanya niat untuk menyelamatkan nakama-nya,
sama seperti orihime.
"...Aku paham! Tolong bawa aku ke sana!" Orihime melepas Souten Kishun, mencoba merangkul Apacci.
"Aku
juga ikut. Pegang lenganku erat-erat." Rukia berdiri di sisi Orihime.
Menjaga agar luka di bahunya tak terbuka, dia dengan hati-hati
merangkul Apacci. Lengan kiri Rukia juga terluka dan dibalut perban,
tapi lengan kanannya merangkul Apacci dengan erat. Terkejut, Apacci
membelalakkan matanya, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia
mengandalkan mereka berdua.
"Kelihatannya aku tak punya
pilihan lain... ayo sini!" Renji mendekat ke arah mereka. "Kau
terburu-buru, kan? Biarkan aku membawamu. Aku tidak terluka separah
yang lain..."
"Terima kasih, Abarai-kun!" Orihime dan
Rukia dengan hati-hati menempatkan Apacci di punggung Renji. Renji
berdiri dan berjalan ke arah Kota Karakura Palsu, dengan Orihime dan
Uryuu mengikuti di belakang mereka.
"Urahara, Chad,
Ichigo kuserahkan pada kalian!" Rukia berlari mengikuti mereka,
menyerahkan Urahara untuk menjelaskan luka Ichigo dan Chad untuk
mengobati luka di kakinya.
***
Melihat gerakan di celah puing-puing, Sung-sun menyahut, "Siapa di sana?!"
"Guk!" Kukkapuuro tampak dari balik bayang-bayang, berlari ke arah mereka berempat.
"Kau anjing milik Yammy..." Harribel teringat, hollow kecil ini selalu ada di samping Yammy.
"Di
dekat sini... aku bisa merasakan sisa-sisa reiatsu Yammy," ujar
Mila-Rose. Sisa-sisa reiatsu itu berasal dari pertarungan yang memaksa
Yammy mengerahkan seluruh kekuatannya.
"Si Yammy itu, dia
benar-benar bodoh, selalu merasa dirinya begitu hebat. Yang benar
saja!" ujar Apacci dengan nada suaranya yang seperti biasa. Dua
fraccion lainnya mengangguk setuju.
"Kalau begitu... si
brengsek itu...?!" ujarnya lagi, sambil menendang pasir. Apacci
berharap segalanya segera kembali seperti biasa. Para manusia,
shinigami, pertempuran ini, dan hubungan dengan Soul Society; semuanya,
segera terlupakan.
"Cih! Apakah mereka sudah menyadari...!" Mila-Rose menggerutu, berkonsentrasi pada reiatsu di sekeliling mereka.
Sung-sun mengangguk, dahinya berkerut. "Hmm... ada sekelompok hollow berkekuatan-sedang, berkerumun ke arah itu."
Para hollow yang sebelumnya takut akan Aizen dan kekuatan Espada kini mulai mengelilingi Las Noches.
"Sepertinya...
akan ada perang lagi..." Raut wajah Harribel memuram dan hatinya
terasa berat. Mengingat alasannya mengikuti Aizen adalah dengan harapan
kekuatan Aizen yang besar bisa mencegah terjadinya perang-perang yang
tidak diperlukan, Harribel kini tidak mengharapkan adanya lagi perang
setelah kepergian Aizen.
"Harribel-sama."
Mendengar
panggilan itu, dia menoleh dan melihat Sung-Sun bersimpuh pada
lututnya. Fraccion itu menunduk, berujar, "Barragan sudah tewas. Aizen
sudah pergi. Satu-satunya yang sesuai untuk menjadi penguasa Hueco
Mundo sekarang adalah Harribel-sama."
"Aku setuju!" Apacci ikut bersimpuh, menundukkan kepalanya.
"Apa pun yang terjadi, mohon jadilah penguasa baru Hueco Mundo!" Mila-Rose juga ikut bersimpuh.
Harribel
menunduk. Dia memandang tenang tiga fraccion yang menunggu tanggapan
darinya. "Hueco Mundo tak membutuhkan seorang penguasa," jawabnya.
"Matahari
yang palsu tak akan bisa menyinari kegelapan yang kelam ini." Langit
biru ciptaan terhambar di atas mereka. "Hueco Mundo hanya memiliki
kegelapan... dan satu-satunya hal yang dibutuhkannya adalah kegelapan
yang damai."
Harribel mengedip perlahan, berjalan pelan ke
tengah-tengah Las Noches. Tiga fraccion-nya berdiri, berganti pandang,
kemudian mengangguk dalam diam.
"Kami akan selalu melayani anda, Harribel-sama!" ujar Sung-Sun, seraya langkah mereka mengikuti Harribel.
Setelah
beberapa langkah, Apacci menengok ke belakang, ke arah Kukkapuuro.
Anjing kecil itu masih menatap mereka berempat. "Hei, makhluk kecil! Kau
bisa mati kalau menetap di tempat seperti ini!" Dia berjalan ke
arahnya, menggendong tubuh kecil makhluk itu, namun Kukkapuuro menyalak
dan meronta dari genggamannya.
Melihat Apacci, Sung-Sun berujar, "Biarkan saja dia. Apa kau tak paham dia cuma ingin berdiam di sini?"
"Berisik!
Tak perlu dibilang aku juga sudah tahu. Aku memang mau melepaskannya!"
Apacci melepaskan Kukkapuuro dari genggamannya dan anjing itu menyalak
senang, menggoyangkan ekornya.
"Kau juga memiliki
sesuatu yang tak bisa kau tinggalkan, ya?" Mila-Rose mengelus kepala
Kukkapuuro dengan lembut. Tak lama, dia segera kembali ke samping
Harribel bersama dua fraccion lainnya.
Bayang mereka perlahan menghilang. Jejak mereka terhapus, tersapu angin yang mendesir.
Kukkapuuro tetap di sana, berdiam diri dan melihat dari kejauhan.
Hingga hari ini, dia masih di sana; masih kehilangan tuannya yang telah pergi.
Translet by Xaliberhttp://bleachindonesia.com/forum/index.php?showtopic=2017&st=0entry70342