................
Latihan masih berlanjut. Setelah berhasil melewati istana milik Tenjirou dan Hikifune, kini mereka harus melewati latihan yang cukup serius di Istana Phoenix milik Nimaiya. Kini, mereka harus menghadapi sesuatu yang baru mereka lihat.
"Aku tidak suka ini... Sama sekali tidak.." Gumam Renji dengan sedikit keraguan. Matanya memandang tajam sekelompok makhluk aneh yang belum ketahui oleh mereka sebelumnya.
Ichigo menyetujuinya, matanya menunjukkan hal yang sama yang seperti Renji lakukan. "...Iya. Mereka itu apa?"
"Jangan takut, dong."Sebuah suara santai --sedikit mengejek-- menimpal dari atas mereka. Tak lain adalah suara Nimaiya, dia masih berdiri disana, menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh kedua murid barunya ini untuk menghadapi ciptaannya. "Kalian harusnya kenal. Mereka adalah zanpakutou terkuat. Mereka bisa jadi apa saja. Mereka adalah asauchi."
Mata Renji dan Ichigo membelalak lebar, seolah baru saja dia tak rela medengar sesuatu yang mengerikan --atau membingungkan--. Namun, tak ada waktu untuk terlalu lama terkejut. Para Asauchi itu --makhluk putih(?) aneh, polos, banyak-- sedang menderap menghampiri mereka, dengan tatapan mata yang tidak kalah tajam dengan bilah zanpakutou.
Asauchi, dipinjamkan zanpakutou tanpa nama itu (asauchi) ketika mereka lulus dari akademi dan masuk divisi. Para shinigami makan dan tidur dengan asauchi mereka. Seiring mereka sering latihan dengan asauchi-nya, esensi roh mereka akan terserap ke dalam asauchi. Dari situlah mereka "menciptakan" zanpakutou masing-masing.
" Asauchi yang kalian lawan itu dibuat oleh satu orang, yaitu aku. Jelas, 'kan, kenapa julukanku "Toushin"-- Dewa Pedang-- Ouetsu Nimaiya?!" Sebuah suara kemali terdengar dari atas mereka.
"Begitu ya?!"Ucap ichigo sedikit menyadari perkataan Nimaiya. "Jadi orang-orang ini perwujudan dari asauchi yang kau buat?! Kenapa kita diserang mereka?!"
"Kenapa?!" Bantah Nimaiya ironi. "Sebentar, "perwujudan", ya? Hmm, ya, ya. Mirip. Mirip, tapi kurang cocok. Tapi itu soal lain. Sekarang itu gak penting. Yang penting, mereka marah dengan kalian."
"Marah?! Kenapa?"
"Cara kalian memakai zanpakutou..."
"Kenapa dengan cara kami...?!"
"Gak paham?! Bukannya aneh."Balas Nimaiya dengan sedikit sindiran. "Cara kalian bertarung, Cara kalian menebas, Salah semuanya! Apanya yang salah? Dasarnya salah!" Ucapnya dengan nada yang cukup tinggi. Dibalik ucapannya tersirat kemarahan yang telah dia pendam. "Kalian pakai zanpakutou sebagai alat? Memperlakukannya kayak bawahan? Mengandalkannya kayak sobat? Sebagai keluarga? Teman? Atau senior? Junior mungkin? Peliharaan? Kenalan? Kekasih? Orang yang dicintai? Jangan konyol!!"
"Yang ada di pikiran mereka cara kalian salah." Kali ini ucapannya sedikit mereda. "Coba kita mulai dari yang gampang. Siapa yang ada di atas, si zanpakutou atau si shinigami?"
. .. ...
Kembali ke Soul Society. Muken, penjara bawah tanah untuk kriminal kelas berat. Tingkat paling bawah dari 8 tingkatan yang ada. Tak ada kriminal yang akan di kirim ke tempat ini sekarang, tentu saja. Kali ini tempat ini akan menjadi saksi bisu latihan seorang kenpachi generasi terakhir dengan kenpachi generasi pertama --atau mungkin peperangan satu lawan satu yang akan terjadi.
Zaraki telah berdiri di depan pintu masuk, mulai menapakkan kakinya, melangkah mendekati sosok yang telah menantinya di sana. Mulutnya menyeringai, senang, girang, puas, seolah tak ada kepuasan yang melebihi hari ini. Lukanya telah pulih, sungguh kabar angin belaka yang mengumbar-umbar bila dirinya sedang sekarang. Semuanya tak benar.
"Ha. Panggung yang keren. Bisa-bisanya kau dapat izin buat pakai tempat ini." Seringai kepuasan masih terlihat jelas di mulutnya, bahkan ketika dia berteriak seperti itu.
"Ini perintah dari soutaichou."Jawab suara perempuan, kalem. "Sesuai namanya, "Muken" berarti sangat tertutup. Dan seperti bunyinya juga, tempat ini juga sangat luas. Jadi, sudah diputuskan kalau tak ada tempat lain selain tempat ini untuk mengayunkan pedangmu dengan bebas. Kalau bukan karena itu, Baik para kriminal atau pun kita sendiri kak akan diperbolehkan untuk berada di tempat ini."
"Kriminal pun tak boleh? Ngomong apa kau?" Bantah Zaraki tidak setuju. "Kalau bukan karena jabatan kita, aku maupun kau sama-sama tak lebih tinggi dari kriminal!!"
Berbalik, perempuan itu akhirnya menolehkan wajahnya pada sang Kenpachi terakhir. Sebuah senyum mengerikan terlihat melekat di mulutnya. Sangat berbeda, jauh berbeda, berbanding terbalik dengan seorang Unohana Retsu selama ini. Tak ada yang menyangka bila sang ahli pengobatan ini mempunyai masa lalu yang begitu penting, bahkan sampai generasi saat ini.
"Benar." Jawabnya setuju. "Sekarang ini, kau tak punya kekuatan. Karena itu juga kurasa tempat ini cocok. Aku yang mengusulkannya." Ucapnya pelan, dengan senyum yang belum memudar dari bibirnya.
"Yah. Sudah kuduga. Sama saja. Menang dan jadi taichou, atau kalah dan jadi kriminal.Tak peduli apa aku yang akan dibunuh atau membunuh, melawanmu tak beda dari menghadapi neraka."
"Mulutmu banyak bicara hari ini."Ucap Unohana. Kau biasanya pendiam, tapi aku lebih suka begini.Karena kalau aku mendengar suaramu satu-satunya bekas luka yang kumiliki tak bisa berhenti berdenyut."
Kali ini badannya berbalik, mengarah pada Zaraki. Rambutnya tak lagi dikepang seperti biasa. Kali ini tergerai dengan bebasnya. Di dada bagian tengah --bawah leher--, terlihat begitu jelas beguah luka. Luka dari masa lalu, yang selama ini dia sembunyikan seperti dia menyembunyikan sosok aslinya.
"Asal tahu saja." Kali ini Zaraki kembali angkat bicara. "Kau bukan cuma satu-satunyayang bekas lukanya tak bisa berhenti berdenyut!!"
... .. .
Di atas mereka, di markas Ichibantai. Kyouraku sedang berada di ruangan barunya, sebagai Soutaichou pengganti Yamamoto Soutaichou. Wajahnya terlihat pilu karena memikirkan sesuatu. Memikirkan keputusan pertamanya sebagai Soutaichou yang baru, mempertemukan dua Kenpachi untuk saling menyilangkan pedang mereka.
"Unohana Yachiru, Generasi pertama Gotei 13, konon adalah yang terkuat sepanjang sejarah. Di antara mereka adalah orang yang menjabat sebagai Juuichibantai taichou, yang mendasari perkembangan Juuichibantai saat ini. Sebelum Yama-jii menahan kekuatannya dan saat seorang itu masih menjadi taichou, dia adalah penjahat paling kejam di seluruh riwayat Soul Society. Konon dia mengetahui seluruh aliran berpedang di dunia, begitu juga menguasai seluruh jenis pedang. Dia memanggil dirinya sebagai "Yachiru". Maaf kalau tulisanku begitu sinis untuk dimuat dalam "Pengantar Seni Berpedang" ini. Kalau anda dan Zaraki-taichou beradu pedang, aku pun tahu bahwa salah satu dari kalian harus mati."
Di bawah sana, pertarungan dua Kenpachi telah dimulai.
By: Bleach Indonesia
Latihan masih berlanjut. Setelah berhasil melewati istana milik Tenjirou dan Hikifune, kini mereka harus melewati latihan yang cukup serius di Istana Phoenix milik Nimaiya. Kini, mereka harus menghadapi sesuatu yang baru mereka lihat.
"Aku tidak suka ini... Sama sekali tidak.." Gumam Renji dengan sedikit keraguan. Matanya memandang tajam sekelompok makhluk aneh yang belum ketahui oleh mereka sebelumnya.
Ichigo menyetujuinya, matanya menunjukkan hal yang sama yang seperti Renji lakukan. "...Iya. Mereka itu apa?"
"Jangan takut, dong."Sebuah suara santai --sedikit mengejek-- menimpal dari atas mereka. Tak lain adalah suara Nimaiya, dia masih berdiri disana, menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh kedua murid barunya ini untuk menghadapi ciptaannya. "Kalian harusnya kenal. Mereka adalah zanpakutou terkuat. Mereka bisa jadi apa saja. Mereka adalah asauchi."
Mata Renji dan Ichigo membelalak lebar, seolah baru saja dia tak rela medengar sesuatu yang mengerikan --atau membingungkan--. Namun, tak ada waktu untuk terlalu lama terkejut. Para Asauchi itu --makhluk putih(?) aneh, polos, banyak-- sedang menderap menghampiri mereka, dengan tatapan mata yang tidak kalah tajam dengan bilah zanpakutou.
Asauchi, dipinjamkan zanpakutou tanpa nama itu (asauchi) ketika mereka lulus dari akademi dan masuk divisi. Para shinigami makan dan tidur dengan asauchi mereka. Seiring mereka sering latihan dengan asauchi-nya, esensi roh mereka akan terserap ke dalam asauchi. Dari situlah mereka "menciptakan" zanpakutou masing-masing.
" Asauchi yang kalian lawan itu dibuat oleh satu orang, yaitu aku. Jelas, 'kan, kenapa julukanku "Toushin"-- Dewa Pedang-- Ouetsu Nimaiya?!" Sebuah suara kemali terdengar dari atas mereka.
"Begitu ya?!"Ucap ichigo sedikit menyadari perkataan Nimaiya. "Jadi orang-orang ini perwujudan dari asauchi yang kau buat?! Kenapa kita diserang mereka?!"
"Kenapa?!" Bantah Nimaiya ironi. "Sebentar, "perwujudan", ya? Hmm, ya, ya. Mirip. Mirip, tapi kurang cocok. Tapi itu soal lain. Sekarang itu gak penting. Yang penting, mereka marah dengan kalian."
"Marah?! Kenapa?"
"Cara kalian memakai zanpakutou..."
"Kenapa dengan cara kami...?!"
"Gak paham?! Bukannya aneh."Balas Nimaiya dengan sedikit sindiran. "Cara kalian bertarung, Cara kalian menebas, Salah semuanya! Apanya yang salah? Dasarnya salah!" Ucapnya dengan nada yang cukup tinggi. Dibalik ucapannya tersirat kemarahan yang telah dia pendam. "Kalian pakai zanpakutou sebagai alat? Memperlakukannya kayak bawahan? Mengandalkannya kayak sobat? Sebagai keluarga? Teman? Atau senior? Junior mungkin? Peliharaan? Kenalan? Kekasih? Orang yang dicintai? Jangan konyol!!"
"Yang ada di pikiran mereka cara kalian salah." Kali ini ucapannya sedikit mereda. "Coba kita mulai dari yang gampang. Siapa yang ada di atas, si zanpakutou atau si shinigami?"
. .. ...
Kembali ke Soul Society. Muken, penjara bawah tanah untuk kriminal kelas berat. Tingkat paling bawah dari 8 tingkatan yang ada. Tak ada kriminal yang akan di kirim ke tempat ini sekarang, tentu saja. Kali ini tempat ini akan menjadi saksi bisu latihan seorang kenpachi generasi terakhir dengan kenpachi generasi pertama --atau mungkin peperangan satu lawan satu yang akan terjadi.
Zaraki telah berdiri di depan pintu masuk, mulai menapakkan kakinya, melangkah mendekati sosok yang telah menantinya di sana. Mulutnya menyeringai, senang, girang, puas, seolah tak ada kepuasan yang melebihi hari ini. Lukanya telah pulih, sungguh kabar angin belaka yang mengumbar-umbar bila dirinya sedang sekarang. Semuanya tak benar.
"Ha. Panggung yang keren. Bisa-bisanya kau dapat izin buat pakai tempat ini." Seringai kepuasan masih terlihat jelas di mulutnya, bahkan ketika dia berteriak seperti itu.
"Ini perintah dari soutaichou."Jawab suara perempuan, kalem. "Sesuai namanya, "Muken" berarti sangat tertutup. Dan seperti bunyinya juga, tempat ini juga sangat luas. Jadi, sudah diputuskan kalau tak ada tempat lain selain tempat ini untuk mengayunkan pedangmu dengan bebas. Kalau bukan karena itu, Baik para kriminal atau pun kita sendiri kak akan diperbolehkan untuk berada di tempat ini."
"Kriminal pun tak boleh? Ngomong apa kau?" Bantah Zaraki tidak setuju. "Kalau bukan karena jabatan kita, aku maupun kau sama-sama tak lebih tinggi dari kriminal!!"
Berbalik, perempuan itu akhirnya menolehkan wajahnya pada sang Kenpachi terakhir. Sebuah senyum mengerikan terlihat melekat di mulutnya. Sangat berbeda, jauh berbeda, berbanding terbalik dengan seorang Unohana Retsu selama ini. Tak ada yang menyangka bila sang ahli pengobatan ini mempunyai masa lalu yang begitu penting, bahkan sampai generasi saat ini.
"Benar." Jawabnya setuju. "Sekarang ini, kau tak punya kekuatan. Karena itu juga kurasa tempat ini cocok. Aku yang mengusulkannya." Ucapnya pelan, dengan senyum yang belum memudar dari bibirnya.
"Yah. Sudah kuduga. Sama saja. Menang dan jadi taichou, atau kalah dan jadi kriminal.Tak peduli apa aku yang akan dibunuh atau membunuh, melawanmu tak beda dari menghadapi neraka."
"Mulutmu banyak bicara hari ini."Ucap Unohana. Kau biasanya pendiam, tapi aku lebih suka begini.Karena kalau aku mendengar suaramu satu-satunya bekas luka yang kumiliki tak bisa berhenti berdenyut."
Kali ini badannya berbalik, mengarah pada Zaraki. Rambutnya tak lagi dikepang seperti biasa. Kali ini tergerai dengan bebasnya. Di dada bagian tengah --bawah leher--, terlihat begitu jelas beguah luka. Luka dari masa lalu, yang selama ini dia sembunyikan seperti dia menyembunyikan sosok aslinya.
"Asal tahu saja." Kali ini Zaraki kembali angkat bicara. "Kau bukan cuma satu-satunyayang bekas lukanya tak bisa berhenti berdenyut!!"
... .. .
Di atas mereka, di markas Ichibantai. Kyouraku sedang berada di ruangan barunya, sebagai Soutaichou pengganti Yamamoto Soutaichou. Wajahnya terlihat pilu karena memikirkan sesuatu. Memikirkan keputusan pertamanya sebagai Soutaichou yang baru, mempertemukan dua Kenpachi untuk saling menyilangkan pedang mereka.
"Unohana Yachiru, Generasi pertama Gotei 13, konon adalah yang terkuat sepanjang sejarah. Di antara mereka adalah orang yang menjabat sebagai Juuichibantai taichou, yang mendasari perkembangan Juuichibantai saat ini. Sebelum Yama-jii menahan kekuatannya dan saat seorang itu masih menjadi taichou, dia adalah penjahat paling kejam di seluruh riwayat Soul Society. Konon dia mengetahui seluruh aliran berpedang di dunia, begitu juga menguasai seluruh jenis pedang. Dia memanggil dirinya sebagai "Yachiru". Maaf kalau tulisanku begitu sinis untuk dimuat dalam "Pengantar Seni Berpedang" ini. Kalau anda dan Zaraki-taichou beradu pedang, aku pun tahu bahwa salah satu dari kalian harus mati."
Di bawah sana, pertarungan dua Kenpachi telah dimulai.
By: Bleach Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar