.......
Pertarungan dua Kenpachi telah mencapai titik akhir. Salah satunya telah tumbang bersimbahkan darah, tak terdengar lagi dentingan pedang yang saling beradu, perempuan tangguh itu telah melepaskan statusnya sebagai seorang Kenpachi. Dia benar-benar terlihat senang telah menutup hidupnya dengan kematian di tangan seorang yang telah dia banggakan. Tak ada lagi beban dibahunya yang harus dia pikul, seperti dia masih menghirup udara segar di atas seireite. Mata perempuan itu akhirnya menutup, seiring dengan senyuman tipis yang perlahan menghilang dari bibirnya.
Pertarungan melawan Asauchi di Istana Reiou juga telah mencapai akhir. Nimaiya telah mengatakan bila Renji telah berhasil melewati latihannya. Namun, nasib yang lain harus di emban Ichigo. Pemuda berambut orange ini tak bisa melewati latihannya, tak seperti Renji yang bisa mengalahkan para Asauchi itu. Tubuh Ichigo tak mampu melawan mereka. Dia tergeletak tak berdaya. Tak hanya itu, salah satu anggota Royal Guard yang memakai kacamata itu akhirnya memutuskan untuk melempar Ichigo dari Istana Reiou.
Ichigo tak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya merasakan kegelapan saat sesuatu memerangkap dirinya. Dia hanya mendapati dirinya telah berdiri di depan rumahnya setelah matanya terbuka. Dia sama sekali tak mengerti bagaimana shinigami penjaga Reiou itu melemparnya kembali ke dunia manusia.
"Rumah?" Gumamnya sedikit tak percaya. Dia masih berdiri di tempatnya, membiarkan tubuhnya dibasahi oleh tetesa-tetesan air hujan yang turun dengan cukup deras. Iya, dia baru menyadari bila tubuhnya telah kembali dengan tubuh manusianya. Ichigo telah kembali dengan Kitai-nya. Padahal beberapa saat yang lalu dia masih dalam bentuk Reitai.
"Ini bukan tubuh shinigami-ku...." Ucapanya sembari memastikan. "Kukira aku meninggalkan jasad fisikku di tempat Urahara sebelum pergi ke Hueco."
"Apa kau di sini?! Urahara-san! Urahara-sa...." Teriak pemuda ini spontan. Tapi tak ada jawaban, dia sedikit terdiam seolah dia baru saja menemukan jawabannya sendiri. "Tidak, Urahara-san masih di Hueco Mundo. Kalau begitu siapa yang membawa jasadku ke sini?."
Kepala pemuda ini akhirnya menoleh setelah mendengar pintu di depannya terbuka perlahan. "Hei Ichigo... Sudah lama... yaa tidak juga sih." Teriak sang ayah setelah mendapati anaknya berdiri di sana. Namun Ichigo tak menjawab, melainkan dia membalikkan badannya dan pergi menjauhi rumahnya.
"Dia kabur... dasar brengsek...."
Pemuda ini lari ke tempat Unagiya, ke rumah atasannya tempat dia bekerja.
"Kenapa kau?." Tanya perempuan itu sambil mengeringkan pakaian Ichigo. "Sekali-kalinya kau datang ke sini, kenapa harus basah-basah dengan muka jelek begitu. Seperti anak SMA perempuan yang habis berkelahi dengan orang tua saja!"
Pemuda ini hanya meminta maaf dari dalam kamar mandi. "Mungkin ada bagusnya...
Urahara-san tidak di sini. Dan Chad... dan Inoue juga... Aku kembali tanpa membetulkan zanpakutou-ku. Bagaimana mungkin aku bisa bertemu mereka? Apalagi ayahku, mau ditaruh di mana mukaku kalau dia tahu?."
"Ikumi-san. Terima...." Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya tiba-tiba sebuah daifuku mendarat begitu saja di wajahnya. "Uwaaah Panas!!"
"Jelas, 'kan baru dimasak! Makan sana! Mumpung masih panas.." Jawab Unagiya santai sambil menggigit daifuku miliknya sendiri. "Bajumu sudah kukeringkan juga. Pakailah dan cepat pulang! Syukurlah kau datang waktu Kaoru tidur! Entah apa yang akan dilakukannya kalau dia tahu kau pakai bak mandinya!."
"Ikumi-san." Ucap Ichigo dengan nada rendah, tangannya sibuk memakai bajunya dengan mulut masih menggigit makanan bulat itu. "Maaf... Aku selalu bolos kerja, tapi bisa-bisanya aku seenaknya datang ke sini...."
Perempuan itu langsung menghantam kepala Ichigo dengan kepalanya sendiri, beberapa kali, dia menghiraukan jeritan keras yang keluar dari mulut pemuda berumur belasan tahun di depannya. "Daripada minta maaf, kerja yang benar saja sana! Jangan dipikirin! Sejak pertama kali kau bekerja denganku aku selalu merasa seperti kakakmu. Kalau kau kesepian, sedih, atau cuma sekedar lewat depan rumahku. Datang saja ke tempatku kapan pun! Sudah pernah kubilang! Anak kecil harus mengandalkan orang dewasa!."
"Ikumi-san. Bisa-bisanya kau bilang kau kakakku padahal umurmu lebih tua 10 tahun? " Jawab Ichigo pelan. Namun, dia segera menghindar sesaat setelah perempuan itu mencoba menendang kepalanya. "Woi! Bahaya tahu!!!"
"Apanya?! Kau bisa-bisanya bilang begitu?! Padahal aku sudah mengucapkan kalimat yang menyentuh!!"
"Menyentuh apanya?! Kedengarannya seperti harus dibalas dengan bercandaan! Oh lihat, ada pelanggan datang! Selamat dataaaang!!."
"Itu kalimatku!!"
Perkelahian mereka terhenti begitu mendengar sebuah ketukan di pintu. Namun, ketika Unagiya membuka pintu tak ada seseorang di sana. "Hm?Tak ada orang? Siapa yang mau jauh-jauh naik ke atas sini cuma untuk iseng?." Perempuan ini sama sekali tak melihat siapapun di sana. Namun, tidak dengan Ichigo. Matanya membelalak sesaat setelah menyadari siapa yang berada di hadapannya.
Iya, Kurosaki Ishiin, pria ini dalam bentuk tubuh reishi-nya. Hanya manusia tertentu yang bisa melihat sosok reitai seperti dirinya. Keduanya --Ichigo dan Ishiin-- saling bertatapan tanpa sepatah katapun.
"Sial, kelihatannya memang orang iseng.." Celetuk Unagiya.
"Ikumi-san." Akhirnya pemuda ini mengangkat kakinya, beranjak menuju pintu keluar yang berada di depan Unagiya. "Terima kasih. Aku akan pulang. Aku sudah tak apa-apa...."
"Ah...Tunggu. Bawa saja payungku!." Perempuan itu tak memerlukan jawaban, tangan Ichigo telah memegang sebuah payung. Namun, pemuda itu meninggalkan sesuatu di atas mejanya. Unagiya langsung mengambil Badge shinigami yang terletak di bawah handuk. Mencoba mengejar ichigo yang baru saja keluar. "Ichigo! Kau lupa..."
Namun, sudah tak ada siapa-siapa disana. Hanya sebuah lorong yang redup akibat kurang penerangan. "Mungkin... biar kukembalikan besok saja..."
Shinigami pria ini akhirnya berhasil membawa anaknya pulang. Tak butuh waktu lama hingga mereka kembali berada di depan rumahnya.
"Jadiiiiiiiiii. Lega juga bertemu denganmu setelah sekian lama! Tidak aneh kok kau menghilang selama 2-3 hari! Jadi! Sudah kangen dengan masakan khas ayah?!." Ucap Ishiin sambil tertawa. Tapi Ichigo sama sekali tak tertawa, justru wajahnya menunjukkan bila dirinya sedang ingin bicara serius.
"Hentikan. Ayah menjemputku dengan pakaian itu. Ayah pasti sudah tahu apa yang terjadi...."
"Aku dengar apa yang terjadi di Soul Society dari Urahara. Aku juga dengar zanpakutou-mu rusak dan Zerobantai datang ke Seireitei. Kau dikirim ke sini kembali, 'kan? Yah. Masuk akal. Kau tak akan bisa memperbaiki bankai yang rusak. Berhubung kau tak tahu apa pun tentang dirimu.."
Ichigo mulai marah, tanpa segan tangannya menarik kerah pria yang tak lain adalah ayahnya itu. Ishiin hanya memejamkan matanya pelan, sebelum menghela nafas cukup panjang. "Kau pernah bilang dulu. Kau akan menunggu sampai saatnya tepat untuk memberitahu padamu. Ya, 'kan? Sekaranglah saatnya."
"Dengar baik-baik. Kau bukan shinigami. Tapi... Kau juga bukan manusia. Ichigo. Ibumu adalah..."
...
Waktu kembali ke ratusan tahun lalu..
"Kau tak apa-apa?!" Teriak seorang perempuan sambil berlari menghampiri seseorang dengan kimono hitam, lengkap dengan haori putihnya yang terlihat tak berdaya. Tubuh pemuda itu penuh dengan cukup luka hingga tak memungkinkan untuk berdiri. "Hei, kau tak apa-apa?!"
"Iya... Aduh... Maaf, terima kasih..." Balas sang pemuda. "Payah... Seorang taichou diselamatkan oleh perempuan..."
"Aku akan menyembuhkanmu. Jangan bergerak." Ucap perempuan muda yang terlihat memakai seragam sekolah itu.
"Ya... Tapi... Kenapa kau bisa membunuh semuanya sendirian...? Siapa kau, nona...?"
"Aku... Kurosaki Masaki....... Quincy."
__________ Trans : Xaliber [English : Mangapanda,]
___________ Deskrip : Angoez.
By : Indonesia Bleach
Tidak ada komentar:
Posting Komentar