........
Pertempuran yang telah dimulai itu kini telah mencapai akhir. Tak ada lagi dentingan pedang yang terdengar, tak ada lagi percikan bunga api yang tercipat karena persilangan pedang.Bilah tajam itu telah berhenti diayunkan seolah telah tumpul. Walau begitu, tangan kedua Kenpachi ini masih tetang menggenggam erat pedangnya seolah tenaga mereka masih tak berkurang sedikitpun.
Cairan kental berwarna merah masih mengalir dari bibir Unohana. Mata sayu-nya memandang sang Zaraki dengan penuh harap. Bibirnya menyimpul hendak tersenyum walau tubuhnya tertancap oleh bilah panjang milik zaraki.
"Sempurna Kenpachi Zaraki. Dengan begini semuanya sudah selesai.." Gumam Unohana pelan sebelum melepaskan genggaman tangannya. Zanpakutou itu kembali ke bentuk tersegelnya setelah berdenting menghantam lantai. Menyadari hal itu, Zaraki langsung mencabut zanpakutou yang masih menancap di bawah leher Unohana dengan cepat. Segera dia melempar zanpakutounya begitu saja ke belakang, seolah dia tak peduli lagi dengan senjata yang selalu menemaninya mengoyak tubuh lawannya sejak ratusan tahun lalu.
"Selesai? Kau akan mati? Hei. Jangan mati.." Balas Zaraki tak percaya. Pandangan Zaraki terlihat begitu dangkal melihat Unohana sudah tak berdaya, melihat tubuh perempuan yang di depannya bermandikan darah karenanya, menyaksikan sosok di hadapannya yang terhuyung dan hendak roboh karena kedua kakinya sudah tak kuasa menopang berat tubuhnya.
Tangan Zaraki langsung meraih punggung Unohana sebelum tubuh perempuan itu benar-benar menghantam tanah. Tangannya menggenggam erat tubuh perempuan itu dengan pandangan yang tidak seperti biasanya. "Aku belum cukup. Tolong jangan mati. Tolong...."
Tak ada jawaban dari perempuan yang berada dalam dekapannya. "JANGAN MATI!!!." Pria itu kemudian mengeram dengan begitu keras, membiarkan suara beratnya menggema di dalam penjara bawah tanah itu.
Unohana hanya membuka setengah kelopak matanya, matanya memandang pada pria yang mendekapnya. Mulutnya hanya kuat tersenyum, tak keluar sepatah katapun dari kedua bibir tipisnya. Namun, hanya sebuah senyuman tak sempurna yang berhasil dia pamerkan dikalah hatinya berucap penuh gembira. "Seperti anak kecil. Kenapa sedih? Kau sudah mengembalikan kekuatanmu yang sebenarnya dengan mengalahkanku. aku paham banyak pertarungan akan menjadi permainan yang membosankan bagimu. Tapi kau punya musuh untuk dilawan. Teman untuk berlatih. Dan yang paling penting, "Rekan" yang telah terbangun bersamamu."
"Yang telah lama kupertahankan akan kuserahkan padamu. Aku sudah tak menanggung apa-apa lagi. Nama "Kenpachi" yang waktu itu tak bisa kuberikan padamu akhirnya lepas juga dariku. Aku akan mati, Zaraki Kenpachi.bRayakanlah kematianku." Dan perempuan itupun menutup matanya dengan senyuman di bibirnya. " Kematian... rasanya sangat membahagiakan karena aku akhirnya memenuhi kewajibanku."
...
"Kenpachi. Zaraki Kenpachi.."
"Siapa itu?!. " Teriak Zaraki setelah sadar bila tak ada orang lain diantara dirinya dan Unohana. "Siapa di situ?! Siapa yang memanggilku?!."
"Akhirnya kau bisa mendengar suaraku. Aku adalah yang telah lama mengawasimu. Begitu lama dan begitu dekat lebih dari siapa pun. Inilah suaraku." Balas suara tak bertuan itu. "Senang bertemu denganmu. Zaraki Kenpachi.."
Zaraki terperanjat begitu dia menyadari dari mana datangnya suara itu. Bukan dari seorangpun yang berada di sana. Dia masih sadar tiada orang lain yang datang ke tempat ini selama pertempurannya dengan Unohana. Mata tajamnya langsung mengarah padanya begitu dia sadar hanya dirinyalah yang bisa mendengar suara itu. Iya, ke arah zanpakutou yang tertancap ke tanah di depannya.
"Namaku adalah...."
...
Keadaan beralih ke dunia atas Soul Society. Latihan yang dilakukan Renji dan Ichigo juga telah mendapatkan titik temu. Pertarungannya dengan Asauchi hampir mencapai akhir.
"71 jam 48 menit. 3 hari 3 malam. Usaha bagus.Kau benar-benar jago. Kau lulus Renji-chan!." Teriak Nimaiya dengan cara bicaranya yang khas. Matanya memandang sang Abarai yang berdiri dengan darah yang membasahi seluruh tubuhnya diantara para asauchi yang tergelatk tak berdaya di sekelilingnya. "Daan kau gagal, Ichigo-chaaaan.."
Berbeda dengan Ichigo. Pemuda beambut orange ini tergelatk tak berdaya dengan luka di sekujur tubuhnya. Dia tak berhasil mengalahkan Asauchi seperti yang dilakukan oleh Renji.
"Tu... Tunggu... Aku masih bisa...." Jawab ichigo lemah. Mencoba berdiri dengan sisa kekuatannya.
"Oh tidaaak. Tak ada tunggu-tungguan. Sudah kelar. Kau gagal. Chan-chan."
"Aku masih bisa...! Tolong biarkan aku masih banyak waktu, kan?!"
"Memang masih banyak waktu tapi kesabaranku sudah habis. Bukan soal kau masih bisa atau tidak, tapi soal asauchi yang tak mau denganmu. Itu saja. Sayang sekali. Sudah selesai. Chan."
"Tunggu!" Ichigo kembali membantah.
"Sedih sekali sih. Kau ditolak, jangan galau terus selama tiga hari ini. Aku paham Renji-chan adalah shinigami dan kau bukan. Tak apa-apa. Biar kubuka jalannya. Jalan supaya kau bisa pulang saja ke rumah." Ucap Nimaiya serius.
Renji dan Ichigo membelalak tak percaya. Mereka tak habis pikir akan berakhir seperti ini.
"Mela-chan. Bawa dia pulang." Perintah Nimaiya.
Perempuan yang sedari tadi hanya diam itu langsung meberjalan kearah Ichigo setelah mengiyakan perintah dari tuannya. Ichigo mencoba memberontak begitu tubuhnya di pegang oleh Mela." Tu... Tunggu, jangan!! Hei!!."
" Ohh iya. Jangan juga datang ke Soul Society lagi, itu tempat buat shinigami. Kau cuma manusia biasa, bahkan tak punya zanpakutou. Itu bukan tempat buatmu." Imbuh Nimaiya.
"Brengsek!" Teriak Ichigo setelah berhasil melepaskan diri. Kakinya langsung berlari ke arah pria berkacamata di depannya. "Aku sudah datang sejauh ini... aku tak akan pergi segampang itu. Bagaimana nasib Zangetsu?."
"Ya sama saja. Tak akan dibetulkan. Yah... Aku tak akan membetulkan. Sudah kubilang. 10, 9, 8, 7, 6, 5. 4, 3, 2 Ooouetsu. Tak ada pedang bagi shinigami bohongan."
"BANGSAT!" Teriak Ichigo mencoba menerjang salah satu anggota Royal Guard itu. Namun, Kedua telunjuk Nimaiya telah melemparkan sesuatu, semacam Kidou yang kemudian mengunci gerak Ichigo dan berakhir melenyapkan sosok pemuda itu dari pandangan Renji, Nimaiya, maupun Mela.
"Bye bye bye Ichigo-chan. Parah sekali kau, Ichigo-chan. Asauchi menolakmu dan kau bisa berkelahi tanpa asauchi. Kau tak paham kalau masalah itu serius banget. Kau harus balik ke akarmu. Dan kau harus tahu apa akarmu. Walau itu artinya tak bisa balik lagi seperti semula."
__________ Trans : Xaliber [English : Mangapanda,]
___________ Deskrip : Angoez.
By Bleach Indonesia
Pertempuran yang telah dimulai itu kini telah mencapai akhir. Tak ada lagi dentingan pedang yang terdengar, tak ada lagi percikan bunga api yang tercipat karena persilangan pedang.Bilah tajam itu telah berhenti diayunkan seolah telah tumpul. Walau begitu, tangan kedua Kenpachi ini masih tetang menggenggam erat pedangnya seolah tenaga mereka masih tak berkurang sedikitpun.
Cairan kental berwarna merah masih mengalir dari bibir Unohana. Mata sayu-nya memandang sang Zaraki dengan penuh harap. Bibirnya menyimpul hendak tersenyum walau tubuhnya tertancap oleh bilah panjang milik zaraki.
"Sempurna Kenpachi Zaraki. Dengan begini semuanya sudah selesai.." Gumam Unohana pelan sebelum melepaskan genggaman tangannya. Zanpakutou itu kembali ke bentuk tersegelnya setelah berdenting menghantam lantai. Menyadari hal itu, Zaraki langsung mencabut zanpakutou yang masih menancap di bawah leher Unohana dengan cepat. Segera dia melempar zanpakutounya begitu saja ke belakang, seolah dia tak peduli lagi dengan senjata yang selalu menemaninya mengoyak tubuh lawannya sejak ratusan tahun lalu.
"Selesai? Kau akan mati? Hei. Jangan mati.." Balas Zaraki tak percaya. Pandangan Zaraki terlihat begitu dangkal melihat Unohana sudah tak berdaya, melihat tubuh perempuan yang di depannya bermandikan darah karenanya, menyaksikan sosok di hadapannya yang terhuyung dan hendak roboh karena kedua kakinya sudah tak kuasa menopang berat tubuhnya.
Tangan Zaraki langsung meraih punggung Unohana sebelum tubuh perempuan itu benar-benar menghantam tanah. Tangannya menggenggam erat tubuh perempuan itu dengan pandangan yang tidak seperti biasanya. "Aku belum cukup. Tolong jangan mati. Tolong...."
Tak ada jawaban dari perempuan yang berada dalam dekapannya. "JANGAN MATI!!!." Pria itu kemudian mengeram dengan begitu keras, membiarkan suara beratnya menggema di dalam penjara bawah tanah itu.
Unohana hanya membuka setengah kelopak matanya, matanya memandang pada pria yang mendekapnya. Mulutnya hanya kuat tersenyum, tak keluar sepatah katapun dari kedua bibir tipisnya. Namun, hanya sebuah senyuman tak sempurna yang berhasil dia pamerkan dikalah hatinya berucap penuh gembira. "Seperti anak kecil. Kenapa sedih? Kau sudah mengembalikan kekuatanmu yang sebenarnya dengan mengalahkanku. aku paham banyak pertarungan akan menjadi permainan yang membosankan bagimu. Tapi kau punya musuh untuk dilawan. Teman untuk berlatih. Dan yang paling penting, "Rekan" yang telah terbangun bersamamu."
"Yang telah lama kupertahankan akan kuserahkan padamu. Aku sudah tak menanggung apa-apa lagi. Nama "Kenpachi" yang waktu itu tak bisa kuberikan padamu akhirnya lepas juga dariku. Aku akan mati, Zaraki Kenpachi.bRayakanlah kematianku." Dan perempuan itupun menutup matanya dengan senyuman di bibirnya. " Kematian... rasanya sangat membahagiakan karena aku akhirnya memenuhi kewajibanku."
...
"Kenpachi. Zaraki Kenpachi.."
"Siapa itu?!. " Teriak Zaraki setelah sadar bila tak ada orang lain diantara dirinya dan Unohana. "Siapa di situ?! Siapa yang memanggilku?!."
"Akhirnya kau bisa mendengar suaraku. Aku adalah yang telah lama mengawasimu. Begitu lama dan begitu dekat lebih dari siapa pun. Inilah suaraku." Balas suara tak bertuan itu. "Senang bertemu denganmu. Zaraki Kenpachi.."
Zaraki terperanjat begitu dia menyadari dari mana datangnya suara itu. Bukan dari seorangpun yang berada di sana. Dia masih sadar tiada orang lain yang datang ke tempat ini selama pertempurannya dengan Unohana. Mata tajamnya langsung mengarah padanya begitu dia sadar hanya dirinyalah yang bisa mendengar suara itu. Iya, ke arah zanpakutou yang tertancap ke tanah di depannya.
"Namaku adalah...."
...
Keadaan beralih ke dunia atas Soul Society. Latihan yang dilakukan Renji dan Ichigo juga telah mendapatkan titik temu. Pertarungannya dengan Asauchi hampir mencapai akhir.
"71 jam 48 menit. 3 hari 3 malam. Usaha bagus.Kau benar-benar jago. Kau lulus Renji-chan!." Teriak Nimaiya dengan cara bicaranya yang khas. Matanya memandang sang Abarai yang berdiri dengan darah yang membasahi seluruh tubuhnya diantara para asauchi yang tergelatk tak berdaya di sekelilingnya. "Daan kau gagal, Ichigo-chaaaan.."
Berbeda dengan Ichigo. Pemuda beambut orange ini tergelatk tak berdaya dengan luka di sekujur tubuhnya. Dia tak berhasil mengalahkan Asauchi seperti yang dilakukan oleh Renji.
"Tu... Tunggu... Aku masih bisa...." Jawab ichigo lemah. Mencoba berdiri dengan sisa kekuatannya.
"Oh tidaaak. Tak ada tunggu-tungguan. Sudah kelar. Kau gagal. Chan-chan."
"Aku masih bisa...! Tolong biarkan aku masih banyak waktu, kan?!"
"Memang masih banyak waktu tapi kesabaranku sudah habis. Bukan soal kau masih bisa atau tidak, tapi soal asauchi yang tak mau denganmu. Itu saja. Sayang sekali. Sudah selesai. Chan."
"Tunggu!" Ichigo kembali membantah.
"Sedih sekali sih. Kau ditolak, jangan galau terus selama tiga hari ini. Aku paham Renji-chan adalah shinigami dan kau bukan. Tak apa-apa. Biar kubuka jalannya. Jalan supaya kau bisa pulang saja ke rumah." Ucap Nimaiya serius.
Renji dan Ichigo membelalak tak percaya. Mereka tak habis pikir akan berakhir seperti ini.
"Mela-chan. Bawa dia pulang." Perintah Nimaiya.
Perempuan yang sedari tadi hanya diam itu langsung meberjalan kearah Ichigo setelah mengiyakan perintah dari tuannya. Ichigo mencoba memberontak begitu tubuhnya di pegang oleh Mela." Tu... Tunggu, jangan!! Hei!!."
" Ohh iya. Jangan juga datang ke Soul Society lagi, itu tempat buat shinigami. Kau cuma manusia biasa, bahkan tak punya zanpakutou. Itu bukan tempat buatmu." Imbuh Nimaiya.
"Brengsek!" Teriak Ichigo setelah berhasil melepaskan diri. Kakinya langsung berlari ke arah pria berkacamata di depannya. "Aku sudah datang sejauh ini... aku tak akan pergi segampang itu. Bagaimana nasib Zangetsu?."
"Ya sama saja. Tak akan dibetulkan. Yah... Aku tak akan membetulkan. Sudah kubilang. 10, 9, 8, 7, 6, 5. 4, 3, 2 Ooouetsu. Tak ada pedang bagi shinigami bohongan."
"BANGSAT!" Teriak Ichigo mencoba menerjang salah satu anggota Royal Guard itu. Namun, Kedua telunjuk Nimaiya telah melemparkan sesuatu, semacam Kidou yang kemudian mengunci gerak Ichigo dan berakhir melenyapkan sosok pemuda itu dari pandangan Renji, Nimaiya, maupun Mela.
"Bye bye bye Ichigo-chan. Parah sekali kau, Ichigo-chan. Asauchi menolakmu dan kau bisa berkelahi tanpa asauchi. Kau tak paham kalau masalah itu serius banget. Kau harus balik ke akarmu. Dan kau harus tahu apa akarmu. Walau itu artinya tak bisa balik lagi seperti semula."
__________ Trans : Xaliber [English : Mangapanda,]
___________ Deskrip : Angoez.
By Bleach Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar